Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Petunjuk arah di Kota Jambi (IDN Times/Dwi Agustiar)

Jambi, IDN Times - Tim Jalan Pulang melanjutkan perjalanan menuju Jambi dari Kabupaten Indragiri pada Jumat, 1 Maret 2024. Kami mulai bergerak pada pukul 08.50 WIB dan langsung disambut berbagai varian jalan, mulai dari jalan mulus, jalan bergelombang, jalan berlubang, hingga jalan yang masih dalam perbaikan akibat longsor.

Seperti jalur dari Bukittinggi menuju Kota Padang, Jalur Jambi menuju Palembang juga rawan longsor. Bahkan ada sejumlah ruas jalan yang tertutup sebaran tanah sehingga licin ketika diguyur air hujan. Kondisi semakin diperparah dengan banyaknya truk yang melintas di jalur ini.  

Setelah menempuh perjalanan sepanjang 259 kilometer dengan waktu tempuh kurang lebih 6 jam, kami akhirnya tiba di Kota Jambi pada pukul 17.00 WIB. Kami pun langsung menuju hotel di pusat Kota Jambi untuk beristirahat dan mengisi tenaga. Sebab jalur Jambi menuju Palembang sudah menanti kami.

1. Berkunjung ke Masjid Seribu Tiang

Masjid Seribu Tiang alias Masjid Agung Al-Falah di Jambi (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Setelah beristirahat satu malam, Tim Jalan Pulang pun kembali melanjutkan perjalanan menuju Palembang. Namun, sebelum itu kami berkunjung terlebih dahulu ke Masjid Seribu Tiang atau yang memiliki nama resmi Masjid Agung Al-Falah di Kota Jambi.

Selain punya julukan yang unik, masjid ini juga memiliki arsitektur unik dan berbeda dari kebanyakan masji di Indonesia. Sebab Masjid Seribu Tiang Jambi ini dibangun tanpa dinding pembatas antara bagian luar dan dalam masjid. Selain itu, keberadaan tiang penyangga yang jumlahnya sangat banyak juga menjadi pesona tersendiri buat masjid yang pembangunannya butuh waktu delapan tahun ini.

Masjid Seribu Tiang Jambi dibangun pada 1971 dan selesai pada 1979. Presiden Soeharto pun meresmikan masjid ini secara langsung pada 29 Desember 1979. Pembangunannya yang begitu lama disebut lantaran banyaknya tiang untuk menyangga masjid ini.

Masjid Seribu Tiang Jambi juga tercatat menjadi masjid pertama di Sumatra yang menggunakan fondasi cakar ayam. Adapun arsitek dari masjid ini tidak lain adalah Prof Dr Ir Sedijatmo yang merupakan penemu pondasi cakar ayam.

Masjid Seribu Tiang Jambi yang memiliki kapasitas hingga 10 ribu jemaah ini dibangun dengan biaya mencapai Rp749 juta yang dananya semua berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Jambi.

Tim Jalan Pulang pun kemudian masuk ke dalam masjid dan begitu berada di dalam, suasana sejuk akibat embusan angin dari luar yang masuk tanpa halangan dinding pun sangat terasa. Bukaan Masjid Seribu Tiang Jambi yang dibuka semaksimal mungkin menimbulkan kesan terbuka bagi tiap pengunjung yang datang untuk beribadah.

Sementara itu, mosaik nama-nama Allah atau Asmaul Husna dan kaligrafi Ayat Kursi di sekeliling dalam masjid menambah kesan sakral dan penuh kekhidmatan bagi siapapun yang beribadah di sana.

Ada beberapa fakta unik di Masjid Seribu Tiang Jambi ini. Pertama, masjid ini tidak benar-benar memiliki seribu tiang sebagai penyangganya, tetapi hanya 232 tiang. Penyebutan seribu tiang datang dari warga Jambi lantaran banyaknya tiang di dalam masjid tersebut.

Fakta unik kedua adalah keberadaan bedug yang usianya sama dengan masjid. Bedug yang terbuat dari kayu utuh dengan diameter hampir 1,5 meter sudah ada di Masjid Seribu Tiang Jambi sejak 1979 atau sejak diresmikan oleh Presiden Soeharto. Sampai saat ini, bedug tersebut masih digunakan sebagai pertanda sebelum adzan dikumandangkan.

2. Perjalanan menuju Palembang dimulai

Editorial Team

Tonton lebih seru di