Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi Vespa klasik (unsplash.com/Tao Xanh Kim)
ilustrasi Vespa klasik (unsplash.com/Tao Xanh Kim)

Intinya sih...

  • Motor bebek retro seperti Honda C70, C90, dan Supercub klasik jadi pilihan utama anak skena dengan modifikasi chopper, bobber, atau classic restoration.

  • Yamaha F1ZR, Force 1, dan legenda jalanan RX-King masih populer di kalangan anak skena 2000-an dengan modifikasi warna ngejreng dan menjaga keaslian bentuknya.

  • Vespa klasik seperti PX, Excel, Sprint, hingga Primavera serta Honda Tiger dan GL Series sering dimodifikasi menjadi gaya café racer atau bratstyle yang memberi kesan maskulin sekaligus artistik.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bagi anak skena, motor bukan sekadar alat transportasi, tapi juga identitas. Karena itu, mereka cenderung memilih motor-motor yang mewakili gaya hidup mereka. Setiap detail motor, mulai dari model, warna, hingga modifikasi, adalah simbol ekspresi diri yang mencerminkan karakter pemiliknya.

Tidak jarang, motor yang dipilih bukan keluaran terbaru, melainkan motor klasik atau retro yang punya nilai historis dan kesan unik. Bagi mereka, motor seperti ini lebih dari cukup untuk menunjang gaya nongkrong dan memperkuat aura khas anak skena di jalanan maupun di komunitas.

Nah, berikut motor-motor yang biasanya menjadi pilihan anak skena.

1. Motor bebek retro yang tak lekang oleh waktu

Ilustrasi mengendarai motor tua (unsplash.com/Roihan Haidar)

Motor paling ikonik di kalangan anak skena adalah Honda C70, C90, dan Supercub klasik. Bentuknya yang simpel justru jadi kanvas kosong bagi pemiliknya untuk berkreasi. Motor ini sering dimodifikasi jadi gaya chopper, bobber, atau classic restoration yang kental dengan aura “old but gold.” Tidak heran jika motor ini sering mencuri perhatian di jalan maupun di acara komunitas retro.

Selain itu, ada juga Honda Astrea Grand, Prima, dan Star yang berasal dari era 90-an. Motor bebek ini kini naik kasta di komunitas skena karena dianggap punya nilai historis sekaligus estetika jadul yang unik. Banyak pemiliknya yang mengubah tampilan motor ini jadi resto mod dengan jok tipis, cat pastel, dan detail-detail sederhana yang membuatnya tampil beda tapi tetap elegan.

2. Raja jalanan dan ikon dua tak

Yamaha F1ZR (olx.co.id)

Kalau membahas motor skena, tidak mungkin melewatkan nama besar dari Yamaha. F1ZR dan Force 1 adalah motor dua tak yang melekat kuat dengan identitas anak skena 2000-an. Banyak yang suka merestorasi motor ini dengan warna ngejreng khas era tersebut. Sementara itu, RX-King adalah legenda jalanan yang hingga kini masih punya aura maskulinitas kuat. Meski keberadaannya semakin langka, RX-King tetap dianggap sebagai simbol kebebasan dan keberanian, menjadikannya motor impian banyak penggemar dunia skena.

RX-King juga sering tampil di acara komunitas motor dengan modifikasi sederhana yang menjaga keaslian bentuknya. Bagi banyak orang, suara knalpot khasnya adalah nostalgia yang tak tergantikan. Itulah sebabnya motor ini tetap bertahan sebagai salah satu ikon utama dalam dunia skena.

3. Skuter klasik dan motor modifikasi bratstyle

ilustrasi Vespa klasik (unsplash.com/Tao Xanh Kim)

Selain motor bebek dan dua tak, Vespa klasik seperti PX, Excel, Sprint, hingga Primavera juga jadi pilihan utama anak skena. Vespa punya aura ikonik yang menyatu dengan budaya nongkrong dan musik indie. Banyak yang menghiasinya dengan cat doff, rak depan-belakang, stiker band, atau memodifikasinya menjadi gaya street cub. Vespa tidak hanya enak dipakai keliling kota, tapi juga punya daya tarik visual yang kuat ketika dipajang di tongkrongan.

Untuk anak skena yang ingin tampil lebih garang, Honda Tiger dan GL Series sering jadi bahan modifikasi. Motor ini banyak diubah menjadi gaya café racer, tracker, atau bratstyle yang memberi kesan maskulin sekaligus artistik. Dengan bentuk tangki besar dan rangka yang kokoh, Tiger dan GL sangat cocok dijadikan basis modifikasi kreatif yang memperlihatkan jati diri pemiliknya.

Motor-motor pilihan anak skena ini membuktikan bahwa gaya tidak selalu harus baru atau mahal. Justru keunikan, karakter, dan sentuhan personal dalam modifikasi membuat setiap motor jadi karya seni bergerak. Lebih dari sekadar kendaraan, motor ini adalah simbol pertemanan, kebebasan, dan ekspresi diri yang melekat erat dengan dunia skena.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team