Ilustrasi naik motor (Unsplash/Rowan Freeman)
Langkah paling “kerasa efeknya” biasanya adalah mengurangi yang masuk ke paru-paru. Masker respirator yang fit-nya rapat seperti N95/KN95/FFP2 lebih efektif menyaring partikel halus dibanding masker kain atau bedah, walau tidak 100 persen sempurna di kondisi nyata. Berikutnya, mainkan taktik posisi dan waktu: jaga jarak dari knalpot, hindari tepat di belakang kendaraan diesel, dan kalau bisa pilih jam serta rute yang lebih lancar. Kalau motor kamu pakai visor, biasakan menutup visor saat melintasi asap tebal untuk mengurangi iritasi mata dan refleks tegang di wajah.
Ditambah hal basic yang sering diremehkan, yakni minum cukup (dehidrasi bikin cepat lelah), tidur cukup, dan bikin micro-break 1–2 menit untuk merilekskan bahu, tangan, dan napas. Coba juga napas diafragma ringan saat macet: tarik pelan lewat hidung, buang pelan, supaya kamu tidak “hiperventilasi” karena tegang.
Terakhir, ingat bahwa tidak semua lelah berasal dari polusi. Panas, getaran motor, postur menahan angin, serta stres menghadapi macet juga besar kontribusinya. Tapi kalau kamu mulai sering pusing berat, nyeri dada, sesak yang jelas, kebingungan, atau hampir pingsan, itu bukan “capek biasa”—lebih aman segera cari bantuan medis.