Bagi pengendara motor matik, melewati jalan makadam atau berbatu sering terasa lebih berat dibanding jalan aspal halus. Getaran yang kuat, medan tidak rata, dan putaran roda yang tidak stabil kerap membuat pengendara khawatir, terutama soal transmisi CVT (Continuously Variable Transmission). Banyak yang percaya CVT bisa cepat panas, bahkan rusak, saat sering dipakai di jalan seperti ini. Namun, apakah anggapan itu benar secara teknis?
Sebelum langsung menyalahkan kondisi jalan, perlu dipahami bagaimana sistem CVT bekerja. Berbeda dengan transmisi manual yang menggunakan gigi, CVT mengandalkan dua puli dan sabuk baja atau sabuk karet untuk mengatur rasio kecepatan secara halus. Artinya, setiap perubahan beban dan kecepatan langsung direspons oleh perubahan diameter puli. Di sinilah letak keunggulan sekaligus titik sensitif CVT—halus di jalan mulus, tapi menantang di medan kasar.
