Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi mesin motor (pexels.com/Andrea Piacquadio)
ilustrasi mesin motor (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Intinya sih...

  • Bensin beroktan tinggi tidak cocok untuk motor berkompresi rendah

  • Pembakaran terlambat menurunkan efisiensi energi dan performa mesin

  • Pilih bahan bakar sesuai rasio kompresi motor dan rutin periksa sistem pendingin, oli, dan busi

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyak pengendara motor percaya bahwa menggunakan bensin beroktan tinggi otomatis akan membuat mesin lebih bertenaga dan awet. Padahal, tidak semua jenis mesin cocok menggunakan bensin ber-RON tinggi. Jika salah pilih bahan bakar, justru bisa menimbulkan efek sebaliknya — salah satunya mesin cepat panas. Fenomena ini sering dialami oleh pengguna motor berkompresi rendah, yang merasa motornya jadi “nggak enak” dikendarai setelah beralih ke bensin oktan tinggi seperti Pertamax Turbo atau Shell V-Power.

Perbedaan karakteristik bahan bakar menjadi penyebab utama munculnya gejala ini. Bensin dengan RON tinggi memiliki titik bakar lebih lambat dan butuh tekanan serta suhu lebih tinggi untuk terbakar sempurna. Akibatnya, pada mesin yang tidak didesain untuk itu, proses pembakaran jadi tidak efisien dan justru meningkatkan panas di ruang mesin. Agar lebih paham, mari kita bahas lebih dalam alasan kenapa bensin RON tinggi bisa bikin mesin cepat panas dan bagaimana solusinya.

1. Proses pembakaran tidak sesuai karakter mesin

ilustrasi mesin motor (unsplash/Hal Gatewood)

Bensin beroktan tinggi seperti RON 95 atau 98 memiliki ketahanan lebih besar terhadap detonasi atau “knocking”. Artinya, bensin tersebut baru akan terbakar saat tekanan di ruang bakar sangat tinggi. Hal ini cocok untuk mesin berkompresi tinggi seperti motor sport 250 cc ke atas atau mobil turbo, karena tekanan di ruang bakarnya memang besar.

Namun, pada motor harian berkompresi rendah seperti motor matik 110–150 cc, tekanan ruang bakar tidak cukup tinggi untuk membakar bensin RON tinggi secara optimal. Akibatnya, bahan bakar terbakar tidak sempurna dan meninggalkan sisa panas di ruang bakar. Panas inilah yang kemudian membuat mesin terasa lebih cepat panas, bahkan bisa menyebabkan overheat jika digunakan dalam kondisi macet atau jarak jauh. Jadi, semakin tinggi oktan, bukan berarti semakin baik — harus disesuaikan dengan rasio kompresi mesin.

2. Efisiensi energi menurun karena pembakaran terlambat

ilustrasi cek mesin motor (pexels.com/Kindel Media)

Ketika mesin berkompresi rendah dipaksa menggunakan bensin beroktan tinggi, waktu pembakarannya menjadi lebih lambat. Idealnya, campuran udara dan bahan bakar terbakar tepat saat piston mencapai titik tertinggi (TMA). Namun, karena bensin RON tinggi butuh suhu dan tekanan lebih besar untuk terbakar, ledakan sering terjadi sedikit terlambat. Akibatnya, tenaga yang dihasilkan tidak optimal dan sebagian energi berubah menjadi panas yang tidak tersalurkan dengan baik.

Selain menurunkan performa, kondisi ini juga bisa menyebabkan oli cepat menurun kualitasnya karena terpapar suhu tinggi secara terus-menerus. Dalam jangka panjang, mesin bisa mengalami penumpukan karbon dan kerusakan pada ring piston akibat panas berlebih. Karena itu, pemilihan bahan bakar yang sesuai dengan spesifikasi pabrikan adalah kunci agar pembakaran tetap efisien dan mesin tidak cepat panas.

3. Solusi agar mesin tetap adem dan efisien

ilustrasi isi bensin (unsplash.com/Visual Karsa)

Untuk mencegah mesin cepat panas, pastikan menggunakan bahan bakar sesuai rasio kompresi motor. Jika motor berkompresi rendah (di bawah 10:1), cukup gunakan bensin RON 90–92 seperti Pertalite atau Pertamax biasa. Sementara motor dengan kompresi tinggi (di atas 11:1) baru ideal menggunakan RON 95 ke atas.

Selain itu, rutinlah mengecek kondisi sistem pendingin, oli, dan busi. Pastikan sistem pendinginan berfungsi baik agar panas mesin cepat dilepas, dan gunakan oli dengan viskositas sesuai rekomendasi. Jika ingin mencoba bensin oktan tinggi, lakukan bertahap dan amati respons mesin, apakah suara makin halus atau justru cepat panas. Kesimpulannya, bensin beroktan tinggi tidak selalu lebih baik. Yang terpenting adalah kesesuaian antara karakter bahan bakar dan kebutuhan mesin agar performa tetap optimal tanpa risiko overheat

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team