Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi sopir (pexels.com/UHGO)
ilustrasi sopir (pexels.com/UHGO)

Intinya sih...

  • Jaga jarak aman untuk ruang gerak dan visibilitas, minimal 2-3 panjang mobil

  • Gunakan gigi rendah untuk menjaga torsi maksimal saat mendaki tanjakan

  • Pantau indikator suhu mesin dan tanda bahaya dari depan, matikan AC jika suhu meningkat

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Menghadapi tanjakan terjal dengan kendaraan besar tepat di depan mata sering kali menjadi momen yang menguji kesabaran sekaligus ketangkasan. Beban berat dan gravitasi membuat truk bergerak jauh lebih lambat, menciptakan tantangan tersendiri bagi pengemudi di belakangnya untuk menjaga momentum tanpa mengabaikan aspek keselamatan.

Kewaspadaan tinggi dan pemahaman terhadap ritme kendaraan besar adalah kunci utama agar perjalanan tetap lancar. Berikut adalah panduan taktis untuk menavigasi situasi tersebut dengan tenang, efisien, dan yang paling penting, aman sampai ke puncak.

1. Jaga jarak aman untuk ruang gerak dan visibilitas

ilustrasi sopir travel (pexels.com/Tobi)

Salah satu kesalahan paling fatal saat berada di tanjakan adalah menempel terlalu dekat dengan bagian belakang truk. Truk memiliki titik buta atau blind spot yang sangat luas, terutama di bagian belakang bawah. Dengan menjaga jarak minimal dua hingga tiga panjang mobil, pengemudi memberikan ruang bagi diri sendiri untuk melihat kondisi jalan di depan truk.

Selain masalah visibilitas, jarak ini berfungsi sebagai antisipasi jika truk mengalami masalah teknis atau tergelincir mundur saat perpindahan gigi. Ruang yang cukup juga memungkinkan pengemudi mengambil ancang-ancang atau momentum kecepatan sebelum mulai mendaki, sehingga mesin tidak bekerja terlalu keras saat berada di titik paling curam.

2. Gunakan gigi rendah untuk menjaga torsi maksimal

ilustrasi transmisi (unsplash/nils keesmekers)

Mengandalkan transmisi otomatis pada posisi "D" atau tetap bertahan di gigi tinggi pada mobil manual sering kali membuat mesin kehilangan tenaga di tengah tanjakan. Begitu mulai memasuki area pendakian di belakang truk, segera pindahkan transmisi ke gigi rendah (L, 2, atau gigi 1 dan 2 pada manual). Hal ini bertujuan agar mesin mendapatkan torsi yang optimal untuk mendorong beban kendaraan melawan gravitasi.

Penggunaan gigi rendah juga memberikan efek engine brake yang sangat berguna. Jika truk di depan tiba-tiba melambat atau berhenti total, mesin akan membantu menahan laju mobil sehingga kerja rem tidak terlalu berat. Pastikan perpindahan gigi dilakukan sebelum mobil kehilangan momentum, agar tidak terjadi entakan yang berisiko membuat ban selip di permukaan jalan yang mungkin licin atau berpasir.

3. Pantau indikator suhu dan tanda bahaya dari depan

ilustrasi panel speedometer pada dasbor mobil (unsplash.com/Danny Sleeuwenhoek)

Beban kerja mesin yang meningkat drastis saat mendaki di belakang kendaraan lambat dapat memicu kenaikan suhu mesin dengan cepat. Selalu lirik jarum temperatur pada panel instrumen secara berkala. Jika suhu mulai melewati batas normal, matikan penyejuk udara (AC) untuk sementara guna mengurangi beban mesin. Selain memantau kendaraan sendiri, perhatikan juga tanda-tanda dari truk di depan, seperti asap hitam tebal atau lampu hazard yang tiba-tiba menyala.

Komunikasi non-verbal sangat penting di medan seperti ini. Jika truk menyalakan lampu sein kiri namun tetap berjalan pelan, biasanya pengemudi truk memberikan kode bahwa jalur di depan aman untuk mendahului. Namun, jangan pernah memaksakan diri untuk menyalip di tikungan atau tanjakan yang pandangannya tertutup. Kesabaran adalah elemen keselamatan yang tidak bisa ditawar saat berbagi jalur dengan raksasa jalanan di medan yang sulit.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team