Gunung sampah pakaian bekas di Gurun Atacama, Chili. (dok. MIC)
Selain ancamannya bagi industri tekstil negara tujuan ekspor, kegiatan itu juga dianggap sebagai cara curang negara-negara barat untuk membuang sampah pakaian.
Bahkan, Badan Lingkungan Eropa atau European Environment Agency (EEA) telah mengingatkan negara-negara di Benua Biru tersebut atas kegiatan ekspor yang menyebabkan masalah lingkungan.
Sebagian besar pakaian bekas yang diekspor negara-negara di Eropa berakhir di negara-negara di Benua Afrika. Dilansir Balkan Green Energy News, Jumat (31/3/2023), 46 persen ekspor pakaian bekas dari Eropa dikirim ke Afrika. Lalu, 41 persen diekspor ke negara-negara di Benua Asia.
Pakaian bekas bisa menjadi penolong bagi masyarakat yang membutuhkan pakaian murah berkualitas bagus. Namun, pakaian bekas yang tak dibeli akan menumpuk menjadi sampah.
Misalnya di Kenya, pakaian bekas yang diimpor banyak yang menjadi sampah dan akhirnya menggunung. Lalu, di Ghana, sebuah pantai di Kota Accra menjadi pusat pembuangan sampah pakaian bekas, yang pada akhirnya merusak lingkungan.