Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi toko pakaian (pexel.com/Rachel Claire)
Ilustrasi toko pakaian (pexel.com/Rachel Claire)

Intinya sih...

  • Tren fashion cepat berubah, memungkinkan bisnis melejit dengan pesat tapi juga runtuh jika tidak bisa beradaptasi.

  • Persaingan sengit di industri fashion membuat brand harus memiliki strategi pemasaran yang jitu untuk bertahan.

  • Branding dan citra sangat penting dalam bisnis fashion, namun juga rentan jika tidak terus diperbarui.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Bisnis fashion sering kali terlihat menggiurkan. Banyak orang yang baru merintis usaha pakaian langsung bisa menikmati keuntungan besar dalam waktu singkat.

Hal ini wajar, karena fashion adalah kebutuhan dasar sekaligus gaya hidup yang selalu dicari orang. Namun, di balik peluang besar itu, ada juga risiko yang cukup tinggi. Tidak sedikit pelaku bisnis fashion yang harus gulung tikar dalam waktu singkat karena salah strategi atau tidak siap menghadapi dinamika pasar yang cepat berubah.

Kalau kamu tertarik memulai usaha fashion, penting banget untuk memahami kenapa bisnis ini bisa cepat melejit sekaligus cepat runtuh. Dengan begitu, kamu bisa lebih siap mengambil peluang tanpa terjebak dalam risiko yang sama. Berikut ini lima alasan utama yang perlu kamu tahu.

1. Tren yang cepat berubah

Ilustrasi wanita memilih pakaian (pexel.com/Ron Lach)

Dunia fashion identik dengan tren. Hari ini sebuah model pakaian bisa sangat diminati, tapi beberapa minggu kemudian sudah digantikan tren baru.

Kecepatan perubahan tren inilah yang membuat bisnis fashion bisa cepat melejit, karena siapa yang jeli membaca tren akan kebanjiran order. Misalnya, tren baju oversize, crop top, atau warna tertentu bisa membuat penjualan melesat hanya karena sedang ramai dipakai influencer.

Namun, hal yang sama juga bisa jadi bumerang. Jika pebisnis fashion tidak sigap beradaptasi, stok pakaian yang tadinya laris bisa tiba-tiba jadi menumpuk di gudang. Inilah alasan kenapa banyak brand fashion kecil tidak bertahan lama. Mereka tidak sanggup mengikuti arus tren yang bergerak begitu cepat.

2. Persaingan super ketat

Ilustrasi wanita berdiskusi tentang pakaian (pexel.com/Thirdman)

Fashion adalah salah satu industri dengan persaingan paling sengit. Hampir setiap orang bisa memulai bisnis fashion, baik dengan modal besar maupun kecil.

Hal tersebut membuat pasar menjadi penuh dengan pemain baru setiap harinya. Siapa yang punya strategi pemasaran jitu akan terlihat menonjol, tapi mereka yang asal jalan bisa tenggelam di tengah ramainya kompetitor.

Selain itu, konsumen punya banyak pilihan. Mereka bisa dengan mudah beralih dari satu brand ke brand lain hanya karena harga lebih murah, desain lebih menarik, atau ada promo menarik. Tanpa diferensiasi yang jelas, bisnis fashion akan sulit mempertahankan pelanggan, dan inilah yang membuat banyak usaha cepat runtuh setelah awalnya sempat naik.

3. Bergantung pada branding dan citra

Ilustrasi foto produk (pexel.com/Liza Summer)

Dalam bisnis fashion, branding adalah segalanya. Konsumen sering kali membeli bukan hanya karena kualitas pakaian, tapi juga karena nama brand yang melekat pada produk tersebut. Inilah kenapa banyak brand baru bisa langsung naik daun saat berhasil membangun citra keren dan relevan dengan anak muda.

Namun, branding juga bisa jadi titik lemah. Begitu citra brand meredup atau tersaingi oleh pesaing baru, bisnis bisa langsung turun.

Misalnya, jika sebuah brand tidak konsisten menjaga kualitas atau dianggap ketinggalan zaman, konsumen bisa langsung meninggalkan mereka. Inilah yang membuat fashion sangat bergantung pada image yang terus harus diperbarui.

4. Modal besar di awal, risiko tinggi di belakang

Ilustrasi orang mengitung uang (pexel.com/Kaboompics.com)

Membangun bisnis fashion umumnya membutuhkan modal yang tidak sedikit, apalagi kalau ingin stok baju dalam jumlah banyak. Jika produknya berhasil diterima pasar, modal itu bisa kembali dalam waktu singkat. Tidak heran banyak orang yang merasa bisnis fashion bisa bikin cepat kaya.

Namun, jika produk tidak sesuai selera pasar atau timing kurang tepat, modal yang sudah dikeluarkan bisa jadi kerugian besar. Pakaian yang tidak terjual biasanya sulit dialihkan ke pasar lain karena orang cenderung mencari model terbaru. Inilah yang membuat banyak bisnis fashion naik-turun dalam waktu singkat, tergantung seberapa tepat membaca pasar.

5. Ketergantungan pada promosi dan influencer

Ilustrasi wanita memegang pengeras suara (pexel.com/Pavel Danilyuk)

Bisnis fashion saat ini sangat dipengaruhi oleh promosi online, terutama lewat influencer, selebgram, atau Tiktok. Satu kali dipromosikan oleh figur terkenal, penjualan bisa langsung melonjak. Strategi ini membuat fashion brand lebih cepat dikenal dan berkembang.

Sayangnya, jika terlalu bergantung pada cara ini tanpa membangun basis pelanggan loyal, bisnis akan goyah. Begitu promosi berhenti atau influencer beralih ke produk lain, penjualan bisa langsung anjlok. Artinya, tanpa strategi pemasaran jangka panjang, bisnis fashion hanya bertahan selama hype berlangsung.

Bisnis fashion memang penuh peluang, tapi juga penuh risiko. Ia bisa bikin pelakunya sukses dalam sekejap, tapi juga bisa membuat mereka kehilangan segalanya dalam waktu yang sama cepatnya. Tren yang berubah, persaingan ketat, branding yang rapuh, risiko modal, hingga ketergantungan pada promosi menjadi faktor penentu apakah sebuah brand bisa bertahan atau tidak.

Kalau kamu ingin terjun ke dunia ini, kuncinya ada pada adaptasi dan strategi jangka panjang. Jangan hanya terpaku pada tren sesaat, tapi bangun identitas brand, inovasi produk, dan hubungan kuat dengan konsumen. Dengan begitu, bisnismu bukan hanya cepat melejit, tapi juga punya fondasi kokoh untuk bertahan lama.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team