Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi tambang nikel (pexels.com/Aleksandar Pasaric)

Jakarta, IDN Times - Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengungkapkan sejumlah biang kerok yang membuat harga komoditas nikel terus mengalami penurunan, setidaknya dalam setahun terakhir.

Dia menjelaskan, perkembangan faktor-faktor seperti oversupply, kurangnya standarisasi, penurunan permintaan dari China, serta kemunculan teknologi alternatif dan kebijakan daur ulang baterai dapat mengubah secara signifikan prospek harga nikel dalam jangka panjang. Prediksinya bahwa harga nikel akan mencapai titik terendahnya dalam 20 tahun mendatang.

"Nah ini tentunya jadi game changer juga bagi prospek harga nikel dalam jangka panjang. Bahkan diperkirakan 20 tahun ke depan harga nikel itu akan mencapai titik terendahnya,” kata dia kepada IDN Times, Senin (29/1/2024).

1. Kelebihan pasokan jadi biang kerok turunnya harga nikel

Tambang nikel PT Makmur Lestari Primatama di wilayah Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. (dok. MLP)

Harga nikel di pasar internasional, mengalami penurunan yang berkelanjutan. Hal itu, kata dia disebabkan oleh adanya kondisi oversupply atau kelebihan pasokan, yang muncul akibat dari produksi nikel yang berlebihan di Indonesia.

Sebagai hasilnya, pasar dunia dibanjiri oleh nikel, terutama yang memiliki harga rendah. Kelebihan pasokan itu menjadi faktor utama yang memengaruhi tren penurunan harga nikel.

“Pertama memang terjadi over supply karena over produksi dari nikel yang dilakukan di Indonesia,” ujarnya.

2. Minimnya penerapan ESG pengaruhi daya jual nikel Indonesia

Editorial Team

Tonton lebih seru di