ilustrasi hutan (pexels.com/Tom Fisk)
Dilansir dari The Guardian, China semakin aktif dalam arena diplomasi iklim internasional, terutama setelah Amerika Serikat (AS) mundur dari perundingan saat dipimpin Donald Trump. Presiden China, Xi Jinping menyatakan bahwa negaranya tidak akan memperlambat aksi iklim atau menarik dukungan pada kerja sama internasional. Pernyataan ini menegaskan komitmen China di tengah dinamika geopolitik.
Pada 2025, China menjalin kesepakatan dengan Uni Eropa untuk mendukung hasil ambisius di Cop30. Dalam sejarah sebelumnya, negara ini juga berperan dalam mendorong lahirnya Kesepakatan Paris dan target keuangan iklim global. Posisi China kini semakin penting sebagai penyumbang emisi historis terbesar kedua.
Di Cop30 yang akan berlangsung di Belém, Brasil, China diperkirakan memperkuat dukungan lewat inisiatif di luar kerangka PBB. Salah satunya adalah dukungan pada Dana Hutan Tropis Selamanya Brasil. Peran ini memperlihatkan bagaimana China memadukan strategi politik dengan kepemimpinan iklim global.
Perjalanan China dalam transisi energi hijau menunjukkan bagaimana ambisi besar bisa mengubah arah industri global. Dari inovasi teknologi hingga peran di panggung diplomasi, negara ini telah membuktikan dirinya sebagai motor penggerak energi bersih dunia.
Pencapaian ini sekaligus menjadi gambaran bahwa masa depan energi tidak lagi bergantung pada bahan bakar fosil, melainkan pada keberanian berinvestasi dalam solusi berkelanjutan. Bagaimana menurutmu, apakah negara lain bisa menyaingi kecepatan transisi ini?