Perkembangan zaman seperti saat ini memunculkan banyak profesi baru. Yang tadinya tidak ada yang menggeluti, justru menjadi lahan pekerjaan yang menjanjikan. Menjadi seorang YouTuber misalnya.
Industri kreatif pun semakin menjamur, mematahkan anggapan kalau pekerjaan ideal adalah menjadi karyawan perusahaan atau BUMN. Selain lapangan pekerjaan baru, banyak profesi yang mulai ditinggalkan karena tidak lagi relevan dengan era modern. Seperti 7 profesi di bawah ini:
Mungkin kamu para millennial belum pernah menemukan profesi satu ini. Di awal tahun 1990-an, masyarakat masih banyak menggunakan korek api batang dibanding korek gas, karena waktu itu harganya mahal.
Untuk menyiasatinya, korek gas yang sudah habis tak langsung dibuang. Tapi, diisi ulang ke tukang korek api keliling. Berbeda dengan zaman sekarang, korek api gas mudah kita temukan. Harganya pun relatif murah. Hal ini membuat profesi tersebut ditinggalkan karena sepi peminat.
Zaman dulu, profesi sebagai badut keliling cukup menjanjikan. Rambut keriting warna-warni, hidung, merah, dan perut buncit adalah ciri badut yang lucu dan disukai anak-anak.
Biasanya, badut datang ke kampung-kampung untuk mempertunjukkan sulap sederhana kepada warga. Di akhir acara, warga akan patungan sebagai upah sang badut.
Kalau zaman now, badut justru lebih banyak berbentuk karakter. Di antaranya seperti Doraemon, Pikachu, atau beruang yang hanya datang khusus ketika dipanggil ke sebuah acara.
Sama seperti badut keliling, atraksi kuda lumping dulunya sangat mudah ditemukan di daerah-daerah. Kesenian asli Jawa ini menggunakan kuda tiruan untuk properti pertunjukannya.
Hingga saat ini, kesenian kuda lumping atau jaranan masih terus dilestarikan. Tapi biasanya dilakukan oleh paguyuban atau kelompok seni saat ada perayaan tertentu. Sedangkan, untuk pertunjukan keliling kampung seperti dahulu, kini sudah banyak tak ada lagi.
Dulu, kalau sudah dengar suara sumbang dari penjual rambut nenek pasti langsung buru-buru keluar rumah untuk membelinya. Tapi sekarang profesi ini sudah mulai ditinggalkan.
Rambut nenek masih banyak dijual, tapi dalam kemasan lebih modern dan dijajakan di swalayan atau mall. Kemasannya pun lebih nyentrik dan Instagenik, tentu saja dengan harga yang lebih mahal.
Di era serba digital, semua akses jadi semakin mudah, termasuk urusan nonton film. Sekarang sudah banyak aplikasi atau website resmi penyedia film layar lebar yang bisa kamu akses lewat smartphone.
Zaman dulu, kita harus datang ke tempat sewa DVD untuk menikmati film-film favorit. Semakin banyak keping CD-nya, semakin mahal juga harganya.
Itu pun tidak bisa kamu pinjam dalam waktu lama. Kalau telat mengembalikan, siap-siap kena denda. Tapi justru itu yang bikin greget, kegiatan nonton DVD jadi lebih bermakna karena perjuangannya berat.
Dalam rangka penghematan, dulu panci dan wajan yang rusak tidak akan langsung dibuang, tapi diserahkan ke tukang patri keliling untuk diperbaiki. Biaya perbaikannya pun murah yakni Rp 10-15 ribu saja.
Sayangnya, kini tukang patri keliliing sudah mulai berkurang karena sepi peminat. Dengan harga yang gak terlalu jauh, kita sudah bisa membeli panci baru yang biasa dijual keliling.
Satu lagi profesi tukang keliling yang mulai langka, yakni permak jeans. Biasanya, mereka memodifikasi sepeda atau motor agar bisa dipasang mesin jahit beserta mejanya.
Mereka akan berkeliling kampung atau perumahan dan menunggu dipanggil. Baju atau celana yang ingin kamu permak akan dikerjakan saat itu juga dalam waktu cepat.
Tapi kini tukang permak jeans memilih menetap di suatu tempat daripada berkeliling. Selain tidak perlu banyak tenaga untuk berkendara, pelanggan lebih mudah menemukan keberadaannya.
Dari 7 profesi di atas, adakah yang masih bisa kamu temukan atau memakai jasanya? Share di kolom komentar ya!