Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi rupiah (pixabay.com/IqbalStock)
ilustrasi rupiah (pixabay.com/IqbalStock)

Pernah merasa gaji selalu habis sebelum akhir bulan atau kesulitan menabung meskipun sudah mencoba? Bisa jadi masalahnya bukan di penghasilanmu, tapi di cara berpikir tentang uang.

Pola pikir yang salah bisa jadi penghambat utama dalam mencapai kestabilan finansial. Yuk, kenali delapan pola pikir yang perlu kamu ubah agar keuangan makin sehat!

1. Kamu merasa punya kendali penuh atas uangmu

ilustrasi investasi (pexels.com/George Morina)

Sering kali, kita merasa bisa mengendalikan segalanya dalam hal keuangan, padahal banyak faktor eksternal yang dapat memengaruhi keuangan kita. Misalnya, kamu mungkin merasa yakin bahwa investasi yang kamu pilih akan selalu menguntungkan, padahal pasar bersifat fluktuatif dan gak selalu bisa diprediksi.

Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Penting untuk selalu melakukan riset dan mempertimbangkan diversifikasi investasi agar gak terlalu bergantung pada satu sumber pendapatan.

2. Gak mempertimbangkan inflasi

ilustrasi belanja di supermarket (pexels.com/Jack Sparrow)

Inflasi adalah faktor yang sering diabaikan dalam perencanaan keuangan. Kamu mungkin berpikir bahwa menyimpan uang dalam tabungan sudah cukup, padahal tanpa investasi yang tepat, nilai uangmu bisa berkurang seiring waktu.

Pastikan kamu memahami bagaimana inflasi bekerja dan mempertimbangkan investasi yang dapat mengalahkan laju inflasi agar daya beli uangmu tetap terjaga.

3. Terlalu fokus pada kerugian

ilustrasi frustrasi (pexels.com/MART PRODUCTION)

Ketika mengalami kerugian dalam investasi atau keputusan finansial, kamu mungkin cenderung menjadi lebih takut untuk mengambil risiko di masa depan. Mindset ini dapat menghambatmu dari peluang yang sebenarnya menguntungkan, lho.

Belajarlah dari kesalahan, tetapi jangan biarkan ketakutan terhadap kegagalan menghentikanmu dari membuat keputusan keuangan yang lebih baik di masa depan.

4. Merasa selalu bisa memprediksi segala sesuatu

ilustrasi gagal (pexels.com/Alex Green)

Bias retrospektif atau perasaan bahwa kamu "sudah tahu sejak awal" sesuatu akan terjadi, dapat menyebabkan kepercayaan diri yang berlebihan dalam pengambilan keputusan keuangan. Akibatnya, kamu mungkin kurang berhati-hati dalam menilai risiko.

Cara terbaik untuk menghindari jebakan ini adalah dengan tetap bersikap objektif dan menggunakan data serta analisis sebelum membuat keputusan finansial.

5. Lebih takut kehilangan daripada bersemangat untuk menang

Ilustrasi pria merenung (unsplash.com/Sayo Garcia)

Orang cenderung lebih takut kehilangan uang daripada menikmati potensi keuntungan yang bisa diperoleh. Hal ini sering kali membuat seseorang enggan untuk berinvestasi atau mengambil peluang finansial yang sebenarnya menguntungkan dalam jangka panjang.

Pahami bahwa dalam dunia keuangan, risiko selalu ada, tapi jika dikelola dengan baik, risiko tersebut dapat memberikan hasil yang positif.

6. Lambat bereaksi terhadap informasi baru

ilustrasi investasi (unsplash.com/Mathieu Stern)

Dalam dunia keuangan, informasi berubah dengan cepat. Jika kamu terlalu terpaku pada strategi lama dan enggan menyesuaikan diri dengan perubahan, kamu bisa kehilangan peluang atau malah mengalami kerugian.

Pastikan untuk terus belajar dan menyesuaikan strategi keuanganmu berdasarkan informasi terbaru, ya.

7. Memisahkan uang secara kaku

ilustrasi mengecek anggaran (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Meskipun memiliki anggaran dan perencanaan keuangan itu baik, terlalu kaku dalam mengalokasikan uang bisa menjadi masalah, lho. Misalnya, jika kamu menetapkan dana hanya untuk satu tujuan tertentu dan menolak menggunakannya bahkan ketika ada kebutuhan mendesak, kamu bisa mengalami kesulitan finansial.

Fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan sangat penting agar kamu bisa beradaptasi dengan situasi yang berubah.

8. Terpengaruh oleh harga pertama yang kamu lihat

ilustrasi online shopping (pexels.com/Antoni Shkraba)

Bias anchoring terjadi ketika harga pertama yang kamu lihat memengaruhi cara kamu menilai harga-harga berikutnya. Misalnya, jika kamu melihat sebuah barang dengan harga sangat mahal, maka barang lain dengan harga sedikit lebih rendah akan tampak seperti penawaran yang bagus, padahal belum tentu demikian. Agar lebih bijak dalam pengeluaran, bandingkan harga dari berbagai sumber sebelum membuat keputusan.

Memahami mindset keuangan yang dapat menghambatmu adalah langkah awal untuk mengubah kebiasaan dan mengambil keputusan yang lebih baik. Dengan meningkatkan kesadaran terhadap bias dan kebiasaan ini, kamu bisa lebih bijak dalam mengelola keuangan dan mencapai tujuan finansial yang lebih baik. Semoga apa yang diulas tadi bisa bermanfaat, ya.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team

EditorL A L A .