Ilustrasi Resesi. IDN Times/Arief Rahmat
Ekonom Senior INDEF Aviliani menilai bahwa Indonesia tidak akan mengalami hal tersebut. Sebab, Indonesia tidak memperlihatkan tanda-tanda resesi. Sejauh ini, pertumbuhan ekonomi Indonesia masih positif.
"Tahun depan Indonesia itu bukan resesi, hanya pertumbuhannya melambat. Beda sama resesi, kalau resesi kan 6 bulan berturut-turut mengalami negatif," ujarnya saat ditemui di Kantor Kementerian Koordinator Perekonomian, Jakarta, Selasa (22/11/2022).
Mengenai inflasi, Aviliani menyatakan bahwa struktur pengeluaran orang Indonesia, sekitar 20 persen kelas atas berkontribusi 45 persen terhadap total konsumsi. Menurutnya itu yang biasanya tidak pernah terdampak inflasi. Jadi, walaupun Indonesia mengalami inflasi, mereka tetap melakukan kegiatan konsumsi.
"Terus menengah atas itu kira-kira sekitar 17 persen. Jadi 45 persen tambah 17 persen itu yang tidak terlalu kena (dampak) terhadap inflasi," sebutnya.
Jadi, yang terkena dampak inflasi adalah 17 persen dari 40 persen masyarakat kelas bahwa. Mereka berkontribusi terhadap total konsumsi hanya 17 persen.
"Makanya di sini itu BLT perlu. Karena menengah bawah dan yang bawah itu sekitar 35 persen. Nah, jadi artinya saya mengatakan bahwa walaupun terjadi inflasi kalau kita bisa menggarap yang ini, itu akan tetap ada daya beli," jelasnya.