Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi menilai, dolar AS loyo pada perdagangan akhir pekan dipengaruhi oleh intervensi Bank of England dan ekspektasi pengetatan agresif oleh bank sentral Eropa serta bank sentral Amerika.
Dolar AS memang telah diminati oleh pelaku pasar akhir-akhir ini sehingga meroket ke level tertinggi dalam 20 tahun. Hal itu didukung oleh the Fed yang memberi sinyal untuk kembali menaikkan suku bunga untuk mengekang inflasi.
"Namun, ada sedikit celah dalam tekad itu ketika Presiden Fed San Francisco Mary Daly mengulangi kekhawatiran pada hari Kamis yang dia sampaikan awal pekan ini tentang pengetatan kebijakan yang terlalu banyak dan implikasinya terhadap ekonomi AS," ujarnya.
Menurutnya ada pengaruh dari Presiden Joko "Jokowi" Widodo dalam meningkatkan daya tahan rupiah terhadap dolar AS.
Baru-baru ini Jokowi mengingatkan Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani untuk berhati-hati dalam mengelola Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Jokowi meminta agar APBN digunakan untuk hal yang produktif dan memberikan imbal hasil yang jelas.
Saat ini semua negara juga tengah menyelesaikan masalah inflasi yang menyebabkan kenaikan harga barang dan jasa. Sementara Jokowi memandang bahwa inflasi Indonesia sendiri masih cukup terkendali di angka 4,6 persen yang dinilainya masih lebih baik dibandingkan negara-negara lain.
"Pernyataan Presiden Joko Widodo (Jokowi Effec) membuat pasar kembali tenang dan ini dimanfaatkan oleh para spekulan untuk menjual dolar sehingga rupiah di akhir pekan kembali menguat tajam," tutur Ibrahim.