ilustrasi IHSG (IDN Times/Aditya Pratama)
Angga menyebutkan, ada sejumlah sentimen yang memengaruhi pergerakan market pada minggu lalu, yakni kenaikan suku bunga, net sell asing, yield obligasi, kuatnya ekonomi AS, dan sentimen harga komoditas.
"Bank Indonesia menaikkan suku bunga 25 bps pada pekan lalu untuk stabilisasi nilai tukar rupiah, tapi dolar ternyata masih terlalu kuat. Terakhir Rupiah di Rp16.241," kata Angga dalam pernyataan resminya, Senin (29/4/2024).
Sementara itu, net sell atau aksi jual asing mencapai Rp4,8 triliun dalam sepekan, terbesar pada saham-saham blue chip big banks.
Kemudian yield obligasi 10 years Indonesia berada pada level 7,25 persen dan AS 4,7 persen. Hal itu membuat dana di pasar saham diserap bond market karena risiko atau return yang jauh lebih menarik.
Terkait sentimen ekonomi AS yang masih kuat, Angga menjelaskan pasar tenaga kerja Initial Jobless Claims April 207K dan prev 212K.
Selanjutnya ada sentimen sektor komoditas, yakni emas yang mulai mengalami koreksi setelah tensi Timur Tengah mereda, tapi government buying dan Chinese demand masih menopang harganya. Selain itu, harga minyak dunia melanjutkan penguatan, yakni Brent naik 2,9 persen dan WTI naik 1,4 persen. Harga Copper menguat 2 persen melanjutkan tren setelah Rusia kena sanksi dan LME tidak bisa menerima ekspor dari Rusia.