Air Products Hengkang, Bukit Asam Pastikan Proyek DME Lanjut

Jakarta, IDN Times - Perusahaan raksasa asal Amerika Serikat (AS), Air Products, memutuskan mundur dari proyek gasifikasi batu bara menjadi dimetil eter (DME). Awalnya, Air Products membentuk konsorsium bersama PT Bukit Asam Tbk (PTBA) dan juga PT Pertamina (Persero) dalam proyek pengolahan batu bara berkalori rendah menjadi liquid natural gas (LNG).
Direktur Pengembangan Usaha PTBA, Rafli Yandra mengatakan bahwa keputusan mundurnya Air Products telah disampaikan melalui surat yang dikirimkannya. Namun hingga saat ini, PTBA belum mendapatkan klarifikasi secara langsung.
"Mengenai proyek coal to DME ini memang ada surat dari Air Products untuk mundur," ungkapnya saat konferensi pers kinerja PTBA tahun 2022 di Jakarta, Kamis (9/3/2023).
1. PTBA Bakal Diskusi dengan Kementerian
Sejauh ini, kata Rafli, PTBA belum mengklarifikasi lebih lanjut terkait alasan hengkangnya Air Products, namun pihaknya sudah mencoba berdiskusi dengan kementerian terkait.
"Ini masih berproses, bahwa kami tetap melanjutkan Coal to DME merupakan salah satu langkah PTBA dalam menjalankan amanat pemerintah dalam hilirisasi batu bara untuk mendukung ketahanan energi nasional," jelasnya.
2. PTBA sudah lakukan pembebasan lahan
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PTBA, Arsal Ismail, menuturkan perusahaan masih dalam tahap menyiapkan kawasan ekonomi khusus (KEK) hilirisasi di Tanjung Enim, Sumatra Selatan, untuk mendukung operasional proyek tersebut.
"Saat ini pembebasan lahan sudah kami lakukan, kami sudah siapkan 595 hektar itu mungkin sudah hampir 97 persen kami sudah siap, perizinannya KEK sudah didapat. Nanti kami lakukan untuk hilirisasi batu bara, tidak hanya ke DME juga ke turunan lain dari batu bara menjadi gasifikasi," ujarnya.
Meski demikian, Arsal enggan menjelaskan lebih lanjut alasan Air Products memilih mundur dari proyek tersebut. Namun ia memastikan bahwa saat ini PTBA masih dalam mencari partner penggantinya.
"Kalau masalah partnernya tentunya ini masih berpores, kita kan jalan terus yang jelas kita sudah mempersiapkan kawasan itu untuk hilirisasi batu bara. Siapa pun yang akan berpartner kami harap bisa dilakukan kerja sama yang saling menguntungkan," kata Arsal.
3. ESDM Dukung Proyek Gasifikasi Batubara
Sebelumnya, Menteri ESDM Arifin Tasrif memaparkan bahwa proyek gasifikasi batubara PT Bukit Asam (PTBA) menjadi Dimethyl Ether (DME) ditargetkan akan Commercial Operation Date (COD) pada kuartal empat tahun 2027.
"PTBA akan memproduksi DME sebesar 1,4 juta ton per tahun dengan bahan baku batubara sebanyak 6 juta ton per tahun," ungkap Arifin di Ruang Rapat Komisi VII DPR RI Jakarta, Senin (21/11/2022).
Arifin menyebut dampak bagi pemerintah cukup besar apabila proyek gasifikasi batubara tersebut sudah beroperasi, yaitu dapat menekan impor Liquefied Petroleum Gas (LPG) sebesar 1 juta ton per tahun, sehingga akan ada penghematan devisa impor LPG sebesar Rp9,1 triliun per tahun, serta akan menambah investasi sebesar 2,1 miliar dolar AS.
"Begitu pun dari sisi penyerapan tenaga kerja, pada tahap konstruksi proyek gasifikasi batubara menjadi DME akan menyerap sebanyak 10.600 tenaga kerja, sedangkan pada tahap operasi akan menyerap 8.000 tenaga kerja," imbuhnya.
Adapun benefit lainnya bagi PTBA adalah termanfaatkannya batubara kalori rendah GAR<4000 kalori yang selama ini memiliki nilai jual rendah. Kemudian PT Pertamina (Persero), sebagai penyerap produk DME, akan mendapatkan marjin dari penjualan dan menjadi satu-satunya distributor penjualan DME.