Pixabay.com/bbsmit bbsmit
Menurut Airlangga, dukungan dan fondasi yang kokoh sangat diperlukan untuk memastikan laju lokomotif ekonomi digital tetap stabil dan memberikan manfaat maksimal, seperti infrastruktur digital yang merata, talenta digital yang unggul dan adaptif, dukungan penuh bagi startup dan UMKM, serta regulasi yang adaptif dan melindungi.
"Penguatan fondasi juga harus diikuti dengan peningkatan inklusi keuangan guna mendukung ketercapaian target inklusi keuangan," ujarnya.
Program seperti QR Code Indonesian Standard (QRIS) juga terus didorong melalui Dewan Nasional Keuangan Inklusif, kolaborasi pihak ketiga seperti Program Strive (Mastercard Indonesia) dan Promise 2 Impact (ILO) untuk meningkatkan akses layanan keuangan, serta perluasan literasi keuangan kolaborasi pemerintah, Bank Indonesia (BI), Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan industri menjadi serangkaian upaya yang dilakukan untuk mencapai target inklusi keuangan sebesar 90 persen pada 2024.
"Langkah akselerasi digital ini menjadi fokus untuk inovasi dan investasi ke depan dengan dua hal," ucapnya.
Pertama, hilirisasi dari semikonduktor. Indonesia sudah dipilih oleh Amerika dalam Indo Pasific Economic Framework (IPEF) menjadi tujuh negara yang menjadi prioritas dan akan di-placement ITSI Fund, yakni fund khusus untuk semikonduktor.
"Yang kedua, ekosistem artificial intelligence, ini untuk peningkatan R&D dan juga tentunya menjadi masuk dalam beberapa kabupaten yang menjadi zona inovasi yang juga mengembangkan futuristik teknologi," tutur Airlangga.