Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Airlangga Hartarto (kedua kiri) bersama Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka (ketiga kanan) saat memberi bantuan secara simbolis Oxygen Concentrator dan paket sembako di Loji Gandrung Solo, Jawa Tengah, Sabtu [14/8/2021]. (ANTARA FOTO/Maulana Surya/hp/pri.)
Meski positif akan pertumbuhan di masa depan, Airlangga mengaku masih banyak tantangan yang akan dihadapi perekonomian. Ia pun menyebut tantangan-tantangan itu selayaknya tikungan di Sirkuit Mandalika, yang dapat memicu adrenalin.
“Walau masih ada tikungan, tapi kalau tikungan itu seperti Sirkuit Mandalika, mendorong adrenalin. Tikungannya adalah COVID-19 dan variannya, nanti menteri kesehatan memitigasinya. Kemudian dari sisi geopolitik, kita tahu sudah ada pembicaraan antara China dengan US, di mana ini pertanda baik,” katanya.
Lebih lanjut, ia menyebut tantangan lain yang dihadapi adalah inflasi yang tinggi dan juga rencana Amerika Serikat (AS) untuk melakukan tapering.
“Ke depan dengan super commodity harga energi jadi lebih tinggi, tentu persoalan bagi Indonesia karena harga energi yang tinggi berakibat pada APBN terutama terkait dengan utilitas listrik maupun subsidi energi,” jelasnya.
Selain itu, Airlangga mengatakan isu perubahan iklim harus menjadi perhatian karena dapat mempengaruhi ketahanan pangan.
“Dan tidak kalah yang harus diantisipasi adalah perubahan iklim. Kita tahu sepanjang tahun ini kita terbantu oleh musim hujan terus-menerus, sehingga pangan relatif kuat. Tapi menurut BMKG, tahun depan berbeda. Tentu ini yang harus kita jaga,” katanya.