Maskapai Citilink Indonesia. (dok. Citilink)
Adapun suntikan modal sebesar 405 juta dolar AS atau setara Rp6,65 triliun akan dibagi dua, dengan 111 juta dolar AS atau setara Rp1,82 triliun akan diberikan untuk Garuda Indonesia, dan 294 juta dolar AS atau setara Rp4,83 triliun dialokasikan kepada Citilink Indonesia.
Dana itu akan digunakan untuk mendanai kebutuhan maintenance, repair, and overhaul (MRO), terhadap 10 armada pesawat Garuda Indonesia, dan 15 Citilink Indonesia.
Dalam keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), manajemen Garuda Indonesia menjabarkan tiga latar belakang dari transaksi penambahan modal tersebut.
Pertama, Perseroan telah mencatatkan ekuitas negatif selama tiga tahun terakhir, yang mana hal ini berdasarkan Peraturan PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Nomor I-X tentang Penempatan Pencatatan Efek Bersifat Ekuitas Pada Papan Pemantauan Khusus Tahun 2025 jo. Peraturan BEI Nomor I-N tentang Pembatalan Pencatatan (Delisting) dan Pencatatan Kembali (Relisting) Tahun 2024, menempatkan Perseroan pada potensi suspensi efek yang dapat berujung pada pembatalan pencatatan efek Perseroan (delisting).
Kedua, kondisi Maintenance Rescheduling dan Backlog mempengaruhi serviceability pesawat Perseroan dan PT Citilink Indonesia, sehingga meningkatkan kebutuhan biaya maintenance di 2025, yang sebagian besar merupakan carry over dari tahun sebelumnya.
Ketiga, kondisi penurunan servicability pesawat tersebut mempengaruhi pendapatan Perseroan, sehingga tidak dapat mencukupi kebutuhan biaya diluar operasional, seperti biaya sewa pesawat yang grounded, biaya bunga, dan lainnya.