Setiap tahun menjelang akhir November, kamu pasti sering melihat berbagai toko dan marketplace berlomba-lomba memasang spanduk diskon besar-besaran. Namun, di tengah hiruk-pikuk belanja tersebut, pernahkah terlintas di benakmu mengapa disebut black friday padahal hari itu dianggap hari yang menyenangkan bagi para pemburu diskon?
Ternyata, sejarah di balik nama tersebut cukup rumit dan gak melulu soal keuntungan penjualan yang besar, melainkan memiliki sisi gelap yang cukup mengejutkan di masa lalu, lho.
Istilah ini sebenarnya telah mengalami pergeseran makna yang sangat signifikan selama beberapa dekade terakhir sebelum akhirnya menjadi sinonim dengan pesta belanja global. Banyak orang salah mengira bahwa nama ini sejak awal diciptakan oleh perusahaan ritel jenius untuk menarik pelanggan.
Padahal kenyataannya justru sebaliknya karena istilah ini sempat dibenci oleh para pedagang. Kok, bisa? Simak penjelasan berikut!
