Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Ilustrasi Sistem. (IDN Times/Aditya Pratama)

Jakarta, IDN Times – President Director Amar Bank Vishal Tulsian mengatakan pandemik COVID-19 berdampak buruk pada kehidupan manusia. Namun ia menyebut ada juga dampak baik yang dibawa pandemik tersebut, seperti mempercepat proses digitalisasi.

“Salah satu dampak dari pandemik COVID-19 adalah akselerasi digitalisasi. Apa yang dulu dapat terjadi dalam waktu 10 tahun sekarang terjadi hanya dalam waktu satu tahun saja,” ujarnya dalam acara Outlook Indonesia 2022, Rabu (2/2/2022).

Namun Vishal juga menyebut pandemik telah memperlebar kesenjangan di antara masyarakat berada dengan yang kurang secara ekonomi.

“Mereka yang belum memiliki rekening (unbanked) dan kurang terlayani (underserved) mengalami pukulan ekonomi lebih keras. Amar Bank beruntung telah menjadi bank digital bahkan sebelum COVID-19 melanda, sehingga kami lebih maju dalam hal teknologi dan kami melayani segmen masyarakat unbanked dan underserved,” katanya.

1. Komitmen Amar Bank

Outlook Indonesia 2022: Menyambut Era Digital Finance Limited Media Briefing Amar Bank (Rabu, 2/2/2022)

Dalam kesempatan itu, Vishal mengatakan bahwa Amar Bank akan terus berkomitmen untuk memberikan layananan perbankan bagi mereka yang membutuhkan, tidak hanya bagi mereka yang menginginkan. Komitmen ini dilaksanakan melalui dua produk andalan Amar Bank, yaitu Tunaiku sebagai platform pinjaman digital dan Senyumku, Bank Digital Pertama di Indonesia yang diluncurkan di Cloud.

“Kedua produk digital kami ini sudah menggunakan teknologi big data dan AI,” kata Vishal.

Dari segi prospek bisnis, Vishal menyatakan bahwa pengguna internet di Indonesia terus meningkat, dan saat ini sudah mendekati 200 juta orang, karenanya Amar Bank melihat potensi pertumbuhan besar untuk bank digital di tahun ini. Sementara untuk strategi, Amar Bank tahun ini masih akan berfokus untuk menjangkau kalangan unbanked dan underserved. Ia menyebut Amar Bank menggunakan ekosistem digital untuk memperluas akses digital kepada masyarakat unbanked dan underserved sambil berfokus kepada pertumbuhan yang menguntungkan.

“Seperti yang kita lihat sekarang, ada banyak UMKM yang membutuhkan pendanaan. Strategi kami adalah berfokus pada kebutuhan mereka dan meningkatkan kredit untuk UMKM. Jadi kami akan meningkatkan pinjaman kami lebih banyak lagi untuk UKM dan UMKM,” ungkap Vishal. “Terkait penambahan modal, kami sedang dalam diskusi dengan beberapa investor potensial untuk memenuhi persyaratan modal inti minimum dari OJK (Otoritas Jasa Keuangan).”

2. Perkembangan digital banking di Indonesia

PT Bank Amar Indonesia Tbk (Sumber: Amar Bank)

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan RI pada 2020, Ekonomi Digital Indonesia telah memberikan kontribusi sebesar Rp632 triliun atau 4 persen dari total PDB Indonesia. Angka ini diproyeksikan akan tumbuh 8 kali lipat pada tahun 2030.

Si sisi lain, penggunaan teknologi seperti IoT atau Internet of Things, komputasi awan/cloud computing, AI (Artificial Intelligence) dan machine learning telah membawa perubahan signifikan dalam industri jasa keuangan. Di Indonesia, layanan keuangan digital juga menjadi pendukung penting. Ini dibuktikan dengan 98 persen pedagang digital saat ini sudah menerima pembayaran digital dan 59 persen dari mereka juga mengadopsi solusi pinjaman digital.

3. Potensi pasar bank digital masih sangat besar dan akan terus tumbuh

Direktur Riset Center Of Reform on Economics (CORE) Piter Abdullah. IDN Times/Hana Adi Perdana

Sejalan dengan Vishal, Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah, yang juga menjadi pembicara dalam acara tersebut, mengatakan bahwa pandemik COVID-19 telah mempercepat proses gaya hidup digital.

Ia mengatakan perkembangan ekonomi digital di Indonesia diawali oleh e-commerce dan ride-hailing, yang kemudian diikuti oleh layanan digital lainnya termasuk layanan keuangan atau Fintech, mulai dari sistem pembayaran digital (e-wallet) hingga peer to peer dan crowd funding.

Piter melanjutkan bahwa di era bank digital ini, pemenang persaingan bank adalah bank-bank yang memiliki ekosistem digital terbesar. Bank pemenang persaingan saat ini bisa tersingkirkan apabila tidak bisa mengantisipasi persaingan baru perbankan di era digital.

“Keunggulan Bank Digital semakin besar ketika bank tergabung dalam sebuah ekosistem yang memberikan semua layanan yang dibutuhkan oleh nasabah. Semakin besar dan lengkap ekosistem digital yang terkoneksi dengan bank digital, semakin unggul bank digital,” jelas Piter.

Menurut Piter, ekosistem itu sangat dipengaruhi oleh kemauan untuk berkolaborasi dengan ekosistem lain yang akan membesarkan ekosistem dari bank tersebut. Sehingga meskipun sebuah bank memiliki modal besar tetapi enggan berkolaborasi, maka ia bisa kalah dalam membangun ekosistem dengan bank-bank yang lebih kecil.

“Saat ini bank digital masih dalam fase awal, di mana pasar bank digital terus berkembang. Pasar bank digital, yaitu masyarakat pengguna layanan bank, baru memanfaatkan sebagian dari layanan bank digital utamanya yang termasuk dalam aplikasi mobile banking. Seiring dengan berkembangnya teknologi dan kebutuhan nasabah, pasar bank digital akan lebih luas lagi. Jadi, dapat disimpulkan potensi pasar bank digital masih sangat besar dan akan terus tumbuh,” katanya.

Editorial Team