Sri Mulyani menjelaskan bahwa ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam membuat semua keputusan, yakni daya beli masyarakat. Konsumsi masyarakat menengah atas disebut Sri Mulyani memang sedang meningkat pesat. Namun, itu tidak bisa disamakan dengan kelompok masyarakat 40 persen terbawah.
"Jadi kita harus memilih atau mencoba mencari supaya masyarakat yang 40 persen yang terbawah ini, yang memang harus menjadi fokus kita, bisa ditolong," tuturnya.
Pertimbangan kedua adalah kapasitas APBN. Dia menjelaskan bahwa subsidi energi melalui APBN sudah naik tiga kali lipat menjadi Rp502 triliun. Itu dapat dilakukan karena penerimaan negara sedang bagus.
"itu pun tidak cukup. Pasti nanti kalau kita tidak bisa membayar, (pembayaran subsidi dan kompensasi) meluncur ke 2023. Kan seperti yang tadi saya jelaskan, tahun 2022 ini saya masih membayar yang 2021, Rp104 triliun, kompensasi. Ini kalau gak selesai nanti meluncur lagi ke 2023," jelas Sri Mulyani.
Pertimbangan terakhir adalah pemulihan ekonomi. Dinilai bahwa pemulihan ekonomi kuartal II terbilang memuaskan. Namun pemerintah harus melihat komposisi dari pemulihan ekonomi.
"Terutama konsumsi tadi, masyarakat atas mungkin kuat, yang di bawah kurang. Ini semuanya harus kita lihat, setiap kenaikan memberikan dampak ke segmen masyarakat mana dan apakah kita punya instrumen untuk meminimalkan dampak negatifnya," tambahnya.