Tangkap Layar - Direktur Keuangan Pertamina, Emma Sri Martini di Komisi VII DPR RI (Youtube.com/DPR RI)
Direktur Keuangan Pertamina Emma Sri Martini memaparkan 3 hal yang membuat Pertamina rugi. Pertama, penurunan penjualan Pertamina akibat turunnya permintaan sejak COVID-19 melanda.
Kedua, nilai tukar rupiah yang melemah dengan titik terendah April 2020. Keadaan ini memberikan tekanan finansial karena pendapatan Pertamina sebagian besar dalam rupiah, namun pembelian crude dalam dolar.
Ketiga, tertekannya ICP hingga level yang terendah pada April 2020 menjadi US$21 per barel. Hal ini berdampak pada kinerja keuangan Pertamina yang mempertahankan produksi lifting migas, meski mergin hulu tertekan. Pelemahan ICP ini berdampak pada inventory cost Pertamina di mana mereka menumpuk stok bahan bakar seperti avtur dan solar.
"Semua terdampak dan itu jadi inventory cost sementara revenue tidak ada. Kita tidak enjoy terhadap penurunan harga ICP," ucapnya.