IDN Times/Angelina Nibennia Zega
Deputi Bidang Statistik Sosial Margo Yuwono menjelaskan bahwa metode yang digunakan oleh BPS untuk mengukur kemiskinan sama sejak tahun 1998.
Margo memaparkan, garis kemiskinan terbagi menjadi dua komponen. Pertama, garis kemiskinan makanan.
Komponen ini dihitung atau setara dengan pemenuhan kebutuhan kalori 2100 kkal per kapita per hari. Sedangkan paket komoditas kebutuhan dasar makanan diwakili 52 jenis komoditas.
Komponen kedua adalah garis kemiskinan nonmakanan. Aspek ini dihitung dari kebutuhan minimum untuk perumahan, sandang, pendidkan dan kesehatan, di mana ada 51 jenis komoditas di perkotaan dan 47 jenis komoditas di perdesaan.
Dia mengakui bahwa data kemiskinan per Maret 2018 memang single digit, yaitu 9,28 persen. "Tetapi orang yang membaca datanya, sering tidak membaca bahwa banyak orang pula yang juga dekat dengan garis kemiskinan," katanya.