Seorang anggota staf berjalan melewati sebuah sketsa Presiden China Xi Jinping memakai masker pelindung (ANTARA FOTO/REUTERS/Aly Song)
Sektor real estat China, yang mencakup sekitar seperempat ekonomi negara itu, telah menjadi sorotan sejak risiko gagal bayar Evergrande yang dibebani utang meningkat. Pasar merosot pada Senin karena dampaknya.
Evergrande memiliki total utang sebesar 305 miliar dolar AS atau sekitar Rp4.300 triliun. Di mana dua pembayaran obligasi jatuh tempo minggu ini, dan kemungkinan besar tidak dapat dibayar. Menurut Channel News Asia, total utang Evergrande setara kurang dari 2 persen dari PDB China.
BofA mengatakan skenario dasar dari masalah yang sedang berlangsung di Evergrande adalah akan ada sedikit efek limpahan pada sektor properti secara keseluruhan dan pasar keuangan jika pemerintah memfasilitasi restrukturisasi utang yang teratur.
“Setiap penundaan lebih lanjut dalam respons kebijakan dari kuartal keempat 2021 hingga kuartal pertama 2022 atau kesalahan penanganan default debitur besar berpotensi meningkatkan risiko dislokasi pertumbuhan,” kata analis di bank investasi itu dalam sebuah catatan.