ilustrasi inflasi (pexels.com/tima miroshnichenko)
Menurut Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hiperinflasi terjadi ketika kondisi ekonomi yang ditandai oleh harga barang yang naik dengan cepat dan daya beli yang menurun. Hal ini mengancam stabilitas ekonomi dan kemampuan untuk membayar kembali utang luar negeri.
Istilah hiperinflasi juga sering dipakai jika harga barang konsumsi naik lebih dari 50% per bulan, terutama di negara berkembang (hyperinflaflorr runaway inflation). Dalam ilmu ekonomi, istilah hiperinflasi bermakna inflasi yang tidak terkendali, kondisi ketika nilai uang menurun drastis dan ketika harga-harga naik dengan begitu cepat.
Secara formal, hiperinflasi terjadi jika dalam satu bulan, tingkat inflasi lebih dari 50%. Inflasi biasanya dilaporkan setahun sekali. Tetapi dalam kondisi hiperinflasi, tingkat inflasi dilaporkan dalam interval yang lebih singkat, biasanya satu bulan sekali.
Ketika adanya peningkatan persediaan uang yang tidak diketahui atau perubahan sistem mata uang secara drastis, maka hiperinflasi biasanya muncul. Hiperinflasi biasanya dikaitkan dengan perang, depresi ekonomi, dan memanasnya kondisi politik atau sosial suatu negara.
Ketika inflasi tidak terkendali, terjadi lonjakan harga yang terjadi secara cepat dan tiba-tiba tanpa adanya kenaikan pendapatan secara umum. Ini menyebabkan jumlah uang yang beredar terlalu banyak, sedangkan nilai mata uang turun secara drastis pada suatu negara. Jika seluruh kondisi itu terjadi, negara tersebut sedang mengalami hiperinflasi.
Kondisi hiperinflasi terjadi apabila dalam satu bulan tingkat inflasi lebih dari 50 persen, bahkan mencapai 100 persen. Negara yang mengalami hiperinflasi bukan berarti negara tersebut tidak mampu mengatasinya dengan kebijakan moneter. Namun hiperinflasi bisa juga diakibatkan negara sedang mencetak uang sebagai salah satu cara untuk membiayai pengeluaran mereka.
Biasanya pemerintah akan memungut pajak dari publik, serta meminjam dana dari publik dengan menjual surat obligasi pemerintah. Sehingga hasil pemerintah mengumpulkan dana yang diperlukan dapat membangun infrastruktur fisik (jembatan, jalan raya), membayar gaji pegawai pemerintah & militer, atau memberi bantuan kepada masyarakat miskin dan lansia.
Selain itu, pemerintah juga dapat membiayai pengeluaran dengan mencetak uang baru yang dibutuhkan. Pemerintah dikatakan sedang memungut pajak inflasi (inflation tax), ketika pemerintah menambah penghasilan dengan mencetak uang.
Namun pajak ini berbeda dengan pajak lain karena pemerintah tidak menerima tagihan untuk pajak ini, sehingga pajak inflasi lebih tidak terlihat.