ilustrasi laporan keuangan (pexels.com/Kindel Media)
Sama seperti emas, investor pasti akan mendapat keuntungan ketika selisih harga dari emas tersebut naik setelah beberapa tahun dibeli. Faktornya bisa beragam, terutama karena kelangkaan emas batangan serta nilai dollar yang kadang naik kadang turun.
Dalam artian, jika kamu membeli emas batangan pada beberapa tahun lalu dengan harga lebih murah, dan tahun ini harganya naik, maka Anda dapat selisih keuntungan. Maka tak aneh jika para investor merupakan orang-orang dengan pemikiran jauh ke depan dengan keuntungan sebesar-besarnya sebagai tujuan.
Sebab hal yang serupa juga berlaku dalam keberadaan saham. Apabila nanti harga saham mengalami kenaikan, pasti investor akan mendapat keuntungan dari selisih harga pembelian saham yang telah dilakukan sebelumnya dengan pihak yang bersangkutan.
Lantas, manajer investasi pada pihak investor tersebut akan mengenakan fee dari pembelian saham tersebut selama masa pinjaman yang masih terus berlangsung. Akan tetapi jika yang sebaliknya terjadi, alias jika harga saham malau turun, maka manajer investasi akan melakukan permintaan pada pihak investor.
Tentu tujuannya adalah untuk menutupi kerugian yang diakibatkan oleh menurunnya harga saham itu. Tapi jika investor yang dimaksud sudah tidak dapat menutup kerugian investasi yang terjadi karena kemerosotan tadi, maka manajer investasi dapat melakukan dua hal.
Yang pertama adalah menjual sahamnya pada orang yang lebih mampu atau menuntut investor sebelumnya yang tidak dapat menutupi kerugian.
Permintaan yang dilakukan oleh manager sendiri hanya berlaku ketika harga saham memang menurun drastis sampai angkanya berada di bawah harga beli. Sebab untuk menutup kerugian tersebut, manager membutuhkan investor yang menjadi jalinan kerja samanya.