ilustrasi memilih persentase dividend yield yang tinggi (pixabay.com/geralt)
1. Suku Bunga Pasar
Suku bunga pasar sangat mempengaruhi yield investasi. Ketika suku bunga pasar naik, yield pada instrumen pendapatan tetap seperti obligasi juga akan naik, karena harga obligasi yang ada akan turun. Sebaliknya, jika suku bunga turun, harga obligasi naik dan yield cenderung turun.
2. Risiko Kredit (Credit Risk)
Semakin tinggi risiko kredit suatu penerbit (misalnya perusahaan atau negara), semakin tinggi yield yang ditawarkan untuk mengkompensasi investor atas potensi kerugian yang mungkin terjadi jika penerbit gagal membayar kewajibannya. Obligasi dengan rating kredit rendah umumnya menawarkan yield yang lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi dari negara atau perusahaan dengan rating kredit tinggi.
3. Inflasi
Inflasi mengurangi nilai riil dari pengembalian investasi. Jika inflasi diperkirakan tinggi, investor akan meminta yield yang lebih tinggi agar pengembalian yang mereka terima tetap menguntungkan setelah mempertimbangkan pengaruh inflasi terhadap daya beli.
4. Kondisi Ekonomi dan Politik
Kondisi ekonomi dan politik yang tidak stabil (misalnya resesi, ketidakpastian politik, atau krisis) dapat meningkatkan premi risiko yang harus dibayar oleh investor. Hal ini menyebabkan yield meningkat sebagai kompensasi atas risiko yang lebih tinggi. Sebaliknya, kondisi yang stabil dan optimis dapat menurunkan yield.
5. Masa Jatuh Tempo (Tenor)
Instrumen dengan tenor yang lebih panjang (jangka waktu lebih lama) cenderung menawarkan yield lebih tinggi karena risiko jangka panjang yang lebih besar. Namun, dalam beberapa kondisi pasar yang tidak biasa, seperti ketika ada ekspektasi resesi, yield untuk obligasi jangka pendek bisa lebih tinggi dibandingkan dengan obligasi jangka panjang, yang disebut inverted yield curve.
6. Likuiditas
Likuiditas mengacu pada kemudahan dalam membeli atau menjual instrumen investasi. Instrumen yang lebih likuid (seperti obligasi pemerintah) biasanya menawarkan yield yang lebih rendah karena investor lebih mudah untuk menjualnya tanpa menurunkan harga secara signifikan. Sebaliknya, instrumen yang kurang likuid (seperti obligasi perusahaan kecil) menawarkan yield yang lebih tinggi sebagai kompensasi atas risiko kesulitan dalam penjualan.
7. Permintaan dan Penawaran di Pasar
Permintaan dan penawaran terhadap suatu instrumen investasi mempengaruhi harganya dan pada akhirnya mempengaruhi yield. Jika permintaan untuk suatu instrumen investasi tinggi, harganya cenderung naik dan yield akan turun. Sebaliknya, jika penawaran lebih banyak daripada permintaan, harga akan turun dan yield akan meningkat.
Faktor-faktor ini saling berinteraksi dan dapat berubah tergantung pada kondisi pasar dan faktor eksternal, seperti perubahan kebijakan moneter atau kondisi ekonomi global. Itulah penjelasan mengenai yield atau imbal hasil yang sering ditemui dalam dunia investasi. Sekarang kamu tidak perlu bingung lagi dalam menghitung yield ini, ya!