(Menhub Budi Karya didampingi Dirut Pertamina Nicke Widyawati saat meninjau lokasi Megaproyek GRR Tuban, Sabtu (30/11)) IDN Times/Dwifantya Aquina
PT Pertamina mencatatkan rugi bersih sebesar US$767,92 juta atau sekitar Rp11,4 triliun (asumsi kurs Rp14.800/dolar) pada semester 1 2020. Angka ini berbanding terbalik dari raihan laba bersih sebesar US$659,96 juta pada periode yang sama tahun lalu.
Berdasarkan laporan keuangan Pertamina, kerugian yang ditanggung Pertamina salah satunya disebabkan pendapatan yang anjlok 19,81 persen secara year on year (yoy) dari US$24,54 miliar pada semester I tahun lalu menjadi US$20,48 miliar.
Turunnya pendapatan disebabkan, turunnya penjualan minyak mentah, gas bumi, energi panas bumi dan produk minyak di dalam negeri sebesar 20,9 persen secara tahunan, menjadi US$16,57 miliar dibandingkan sebelumnya sebesar US$20,94 miliar.
Merosotnya, pendapatan Pertamina juga berasal dari penurunan penggantian biaya subsidi dari pemerintah menjadi US$1,74 miliar dari US$ 2,51 miliar pada periode yang sama pada 2019. Sementara, penjualan ekspor minyak mentah, gas bumi, dan produk minyak naik menjadi US$1,76 miliar dari sebelumnya US$ 1,61 miliar.
Namun pada periode tersebut, beban produksi hulu dan lifting naik tipis 2,29 persen secara yoy menjadi US$2,43 miliar dari US$2,38 miliar.