Jakarta, IDN Times - Gelombang pemutusan hubungan kerja alias PHK menghantui dunia sejak beberapa tahun terakhir dan terus berlanjut hingga 2024. Banyak perusahaan besar dari berbagai sektor yang terpaksa memangkas jumlah karyawan agar bisnis bisa tetap berjalan.
Pada awal tahun ini, banyak perusahaan dunia yang punya nama besar melakukan PHK. TikTok, Google-Alphabet, Lazada, Citigroup, eBay, Microsoft, SAP hingga Riot Games adalah sebagian dari banyak perusahaan kelas dunia yang terpaksa melakukan PHK terhadap para pekerjanya.
Pekerja yang terkena PHK pun jumlahnya bukan hanya ratusan, bahkan mencapai ribuan per perusahaan. Laporan dari Challenger, Gray & Christmas menunjukkan, PHK di perusahaan-perusahaan AS mencapai level tertinggi sejak 2009 pada Februari 2024.
“Perusahaan-perusahaan secara agresif memangkas biaya dan mengadopsi inovasi teknologi, menjadikannya sebagai tindakan yang secara signifikan mengubah kebutuhan staf,” kata Pakar Ketenagakerjaan di Challenger, Andrew Challenger, dalam laporan tersebut.
Perusahaan kerap menyebut PHK massal sebagai akibat dari restrukturisasi. Hanya sedikit perusahaan yang menyalahkan penutupan pabrik atau toko sebagai biang kerok PHK massal tersebut.
Contoh nyata hal tersebut terjadi pada raksasa teknologi AS, Google yang mengumumkan PHK besar-besaran pada Januari sebagai bagian dari perombakan skala besar. Untuk diketahui, sebulan sebelumnya Google meluncurkan program bot AI yang diberi nama Gemini.
Perusahaan teknologi lainnya seperti Microsoft, Apple, Amazon, dan Meta juga melakukan hal serupa sejalan dengan upaya mereka meningkatkan teknologi kecerdasan buatannya.
Tak mengherankan jika kemudian para pengusaha di industri teknologi mengumumkan lebih banyak PHK daripada lainnya. Kendati begitu, PHK di sektor teknologi tahun ini sebenarnya jauh lebih rendah daripada tahun lalu.
“Pada Februari 2023, hampir sepertiga dari semua PHK terjadi di perusahaan teknologi. Namun, tahun ini lebih banyak industri yang mengalami lonjakan PHK. Perusahaan manufaktur dan energi misalnya, mengalami PHK lebih dari 1.000 persen sepanjang tahun ini dibandingkan periode yang sama pada tahun 2023,” tutur Andrew.