Bahlil Lahadalia. (dok. IDN Times/Istimewa).
Bahlil pun membantah isu yang menyebut dua perusahaan tersebut batal melakukan investasi senilai 2,6 miliar dolar AS atau setara Rp42 triliun pada proyek pabrik bahan baku baterai kendaraan listrik di Weda Bay, Halmahera Tengah, Maluku Utara.
Menurutnya, kedua perusahaan tersebut bukan membatalkan, tetapi hanya menunda investasinya di Indonesia. Hal itu akibat turunnya pasar penjualan mobil listrik di Eropa.
"Karena daya beli masyarakat terhadap EV (electric vehicle) mobil listrik di Eropa lagi turun. Jadi, pasarnya pun sekarang lagi turun karena kompetisi dengan mobil-mobil dari negara lain," ujar Bahlil.
Bahlil menjelaskan, penurunan pasar penjualan mobil listrik tak hanya terjadi di Eropa, tapi juga di AS.
"Dan Amerika juga sekarang lagi lesu pasarnya. Oleh karena lagi lesu, maka permintaan terhadap baterainya itu berkurang," ucapnya.