Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Screenshot_20251009_142004_YouTube.jpg
Menteri ESDM Bahlil Lahadalia. (Investor Daily Summit)

Intinya sih...

  • E27 hingga E85 jadi tren di berbagai negara: Menteri ESDM Bahlil Lahadalia menjelaskan, pencampuran BBM dengan etanol saat ini tengah ramai dibicarakan di media sosial. Dia menegaskan, hal tersebut bukan sekadar wacana, sebab sejumlah negara sudah lebih dulu menerapkan kebijakan serupa.

  • Etanol untuk kurangi impor dan dorong energi bersih: Bahlil menjelaskan kebijakan pencampuran BBM dengan etanol memiliki dua tujuan utama. Pertama, memanfaatkan sumber daya alam dalam negeri untuk menekan impor bahan bakar minyak.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia menilai anggapan bahan bakar minyak (BBM) berbasis etanol tidak bagus merupakan pandangan yang keliru.

Dia menyebut, praktik penggunaan etanol justru sudah lazim di berbagai negara dunia. Menurutnya, pihak yang menolak pemanfaatan etanol kemungkinan adalah mereka yang memiliki kepentingan terhadap impor bahan bakar fosil.

"Jadi sangatlah tidak benar kalau dibilang etanol itu enggak bagus. Buktinya di negara-negara lain sudah pakai barang ini. Mungkin yang tidak bagus itu yang mau impor mau-mau mereka saja," katanya dalam Investor Daily Summit yang tayang secara daring, Kamis (9/10/2025).

1. E27 hingga E85 jadi tren di berbagai negara

ilustrasi etanol (pexels.com/ThamKC)

Bahlil menjelaskan, pencampuran BBM dengan etanol saat ini tengah ramai dibicarakan di media sosial. Dia menegaskan, hal tersebut bukan sekadar wacana, sebab sejumlah negara sudah lebih dulu menerapkan kebijakan serupa.

Sebagai contoh, Brasil telah mewajibkan pencampuran etanol sebesar 27 persen dalam BBM mereka. Di beberapa wilayah yang memiliki produksi etanol melimpah, bahkan kadar campurannya bisa mencapai E100 atau etanol murni.

"Di Amerika itu mandatorinya E10, tapi ada juga di negara-negara bagian yang sudah E85. Di India itu E20, Thailand E20, Argentina E12, dan lain-lainnya," sebutnya.

2. Etanol untuk kurangi impor dan dorong energi bersih

Pegawai Pertamina menunjukkan warna ungu pada bahan bakar bioetanol (Pertamax Green 95). (IDN Times/Larasati Rey)

Bahlil menjelaskan, kebijakan pencampuran BBM dengan etanol memiliki dua tujuan utama. Pertama, memanfaatkan sumber daya alam dalam negeri untuk menekan impor bahan bakar minyak.

"Yang kedua adalah untuk melahirkan energi yang bersih," ujar Ketua Umum Partai Golkar itu.

Bahlil mengaku dirinya bukan ahli kimia perminyakan, namun dia menilai penting bagi para pengambil kebijakan untuk memahami praktik terbaik yang sudah diterapkan di dunia.

"Jadi jangan baru bangun tidur, belum baca buku habis, seolah-olah sudah seperti pengarang buku di bidang minyak. Ini berbahaya sekali," ujarnya.

3. Pemerintah siapkan mandatori E10 di Indonesia

Nozzel Pertamax Green 95 berwarna ungu. (IDN Times/Larasati Rey)

Bahlil menyebut pemerintah akan mendorong penerapan mandatori etanol sebesar 10 persen atau E10 di Indonesia. Kebijakan itu akan mewajibkan pencampuran etanol dalam bahan bakar untuk mengurangi ketergantungan pada impor minyak.

Menurutnya, etanol yang digunakan akan berasal dari bahan baku lokal seperti singkong dan tebu. Upaya itu diharapkan mampu membuka lapangan pekerjaan, mendorong pertumbuhan ekonomi daerah, serta memperkuat ketahanan energi nasional.

"Inilah kira-kira konsep besar bagaimana cara kita untuk memperkuat sumber energi kita dari fosil, khususnya solar dan bensin," ucapnya.

Editorial Team