Petugas kesehatan menyuntikan vaksin kepada relawan saat simulasi uji klinis vaksin COVID-19 di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran, Bandung, Jawa Barat, Kamis (6/8/2020). ANTARA FOTO/M Agung Rajasa
Mari menekankan vaksinasi merupakan hal penting untuk mendorong pertumbuhan suatu negara. Ia juga menyebut pemerataan distribusi vaksin tidak mungkin akan terwujud, tanpa adanya kerja sama global untuk memastikan ketersediaan pasokan, pembagian yang rata, dan sebagainya.
“Saat ini Afrika hanya 1 persen dari vaccination rate dibanding 60-70 persen di negara maju. Produksi juga masih terkonsentrasi di negara maju,” ujarnya.
Mari juga menekankan pentingnya menghapuskan aturan yang bisa menyusahkan ekspor-impor vaksin, serta tantangan dalam harga yang bisa memperlambat vaksinasi. Selain itu, negara-negara juga diminta memastikan kesiapan dalam menerima dan mendistribusikan vaksin di dalam negeri masing-masing.
“Dari sini, kesiapan dari sistem kesehatan, training of the workers, supply, dan juga komunikasi dan pendekatan ke masyarakat untuk mengurangi vaksin hesitancy,” ujarnya.
“Dan ternyata kita melakukan vaccine readiness di 140 negara, dua hal yang paling besar gap-nya adalah kecukupan dari tenaga medis untuk melakukan vaksinasi, dan kedua komunikasi yang tepat oleh negara maupun oleh komunitas ke masyarakat supaya vaksinasi itu terjadi,” imbuh Mari.