Jakarta, IDN Times - Fluktuasi rupiah sejak awal tahun hingga kini dan perubahan harga komoditas memberi dampak pada potensi melebarnya belanja subsidi dan kompensasi energi, yang diperkirakan bisa tembus hingga Rp70 triliun.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Febrio Kacaribu mengatakan, laju nilai tukar rupiah sudah berada di Rp16 ribu per dolar AS. Hal tersebut akan menyebabkan belanja subsidi dan kompensasi energi membengkak.
Itu karena dalam Anggaran dan Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2024, pemerintah menetapkan kurs rupiah sebesar Rp15 ribu per dolar AS.
"Perbedaan Rp1.000 dalam kurs itu saja sudah mencerminkan perubahan belanja, khususnya dari subsidi dan kompensasi yang akan meningkat sekitar Rp60-70 triliun untuk ke sana,” tutur Febrio Rabu (7/8/2024).