Ilustrasi neraca perdagangan. (IDN Times/Mardya Shakti)
Faktor lain yang dipertimbangkan yakni surplus neraca perdagangan mengalami penurunan yang signifikan menjadi 0,87 miliar dari 2,00 miliar dolar AS pada bulan sebelumnya.
“Penurunan ekspor disebabkan oleh penurunan permintaan dari Tiongkok selama liburan panjang Tahun Baru Imlek, sementara impor meningkat karena meningkatnya pembelian minyak dan barang-barang konsumsi, terutama beras, untuk mengantisipasi permintaan yang lebih tinggi menjelang Ramadan,” jelas Josua.
Sementara itu, hingga minggu kedua bulan Maret, rupiah bergerak sideways, berfluktuasi di kisaran Rp15.575 hingga Rp15.775 per dolar AS.
“Mempertimbangkan perkembangan terkini dari sisi global dan domestik, penilaian kami menilai ruang penurunan suku bunga BI Rate pada semester II 2024 tetap terbuka,” ujar Josua.