Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo dalam dalam Rapat Koordinasi Nasional Pengendali Inflasi 2024 di Istana Presiden. (YouTube.com/Bank Indonesia)
Perry menegaskan komitmen BI dalam memperkuat bauran kebijakan moneter, makroprudensial, dan sistem pembayaran guna menjaga stabilitas dan mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di tengah ketidakpastian pasar keuangan global yang masih tinggi.
Untuk meningkatkan efektivitas kebijakan moneter dalam stabilisasi nilai tukar rupiah, BI mengadopsi strategi operasi moneter pro-market. Langkah-langkah yang diambil antara lain menjaga struktur suku bunga di pasar uang rupiah agar tetap menarik bagi imbal hasil dan meningkatkan aliran masuk portofolio asing ke aset keuangan domestik.
Kemudian, optimalisasi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI), Sekuritas Valas Bank Indonesia (SVBI), dan Sukuk Valas Bank Indonesia (SUVBI) juga dilakukan untuk mendukung kebijakan BI.
Bank sentral juga memperkuat strategi stabilisasi nilai tukar rupiah melalui intervensi di pasar valas pada transaksi spot, Domestic Non-Deliverable Forward (DNDF), dan Surat Berharga Negara (SBN) di pasar sekunder. Selain itu, strategi transaksi term-repo dan swap valas yang kompetitif terus diperkuat untuk menjaga kecukupan likuiditas perbankan.
Transparansi dalam publikasi asesmen Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) ditingkatkan dengan pendalaman suku bunga kredit berdasarkan sektor prioritas Kebijakan Insentif Likuiditas Makroprudensial.
Bank Indonesia juga memperkuat inovasi dan akseptasi layanan pembayaran digital serta inklusi ekonomi dan keuangan UMKM, termasuk literasi dan pelindungan konsumen melalui penyelenggaraan Festival Ekonomi Keuangan Digital Indonesia (FEKDI) x Karya Kreatif Indonesia (KKI) 2024.