Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Destry Damayanti/FEKDI 2023/Youtube BI

Jakarta, IDN Times - Bank Indonesia mengungkapkan pandemik COVID-19 yang berlangsung tiga tahun, tak hanya membawa musibah namun juga membawa berkah bagi ekonomi, yakni terjadinya transformasi digital secara masif.

Lantaran COVID-19, secara tidak langsung memaksa masyarakat hingga pelaku Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) menjadi melek digital.

"Kenapa ekonomi keuangan digital di Indonesia berkembang pesat sekali? Ini merupakan blessing in disguise, COVID-19 juga membawa hikmah dari Tuhan yang Maha Kuasa, karena adanya COVID-19, mau gak mau kita semua jadi melek dengan ekonomi keuangan digital," ungkap Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Destry Damayanti, dalam FEKDI, Rabu (10/5/2023).

Ia mengaku bukanlah orang yang melek digital sebelum COVID-19 terjadi di Tanah Air, karena saat berbelanja di marketplace, untuk proses pembayaran belanjanya melalui m-Banking tidak pernah dilakukan sendiri, melainkan meminta bantuan anaknya. 

Namun saat pandemik berlangsung, ia pun lebih banyak melakukan aktivitas di rumah, seiring berlakunya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM), dan pada saat itu, Destry mengaku mulai aktif mempelajari keuangan digital.

"Maklum kadang kolonial agak gagap teknologi (gaptek), tapi dengan adanya COVID-19, karena kita banyak di rumah dan kita gak bisa ke mana-mana, mau tidak mau belajar, dan akhirnya ketagihan," ucapnya.

1. Indonesia bakal jadi pusat pertumbuhan di ASEAN

Ilustrasi pertumbuhan ekonomi (IDN Times/Arief Rahmat)

Lebih lanjut, Destry mengungkapkan, Indonesia diprediksi akan menjadi pusat pertumbuhan ekonomi atau epicentrum of growth di ASEAN. Proyeksi ini dilatarbelakangi karena cepatnya pertumbuhan digitalisasi, bahkan Indonesia mampu menempati peringkat keenam sebagai negara dengan startup terbanyak di dunia. 

Optimisme ini juga tercermin dari perkembangan ekonomi dan keuangan digital. Pada 2025, ukuran ekonomi dan keuangan digital RI mencapai 130 miliar dolar AS dan 2030 sebesar 315 miliar dolar AS.

"Indonesia is very big market dan potential market, dan untuk itu di Bank Indonesia pun blessing in disguise, 2019 kami inisiasi blueprint sistem pembayaran, sehingga  pembayaran menggunakan Indonesia standar atau QRIS," ucapnya.

Selain QRIS, ada juga BI-FAST yang diproyeksi akan menjadi backbone infrastruktur sistem pembayaran ritel masa depan, yang mengakselerasi pembayaran menggunakan berbagai instrumen dan kanal secara real time, aman, mudah, dan beroperasi 24/7.

Implementasi BI-FAST bertujuan mewujudkan terciptanya layanan sistem pembayaran yang Cemumuah (Cepat, Mudah, Murah, Aman, Andal), untuk mengakselerasi pemulihan ekonomi dan mendorong pertumbuhan, serta inklusi ekonomi dan keuangan.

Dengan demikian, Bank Indonesia bakal terus memperkuat sinergi kebijakan dan implementasi BI-FAST dengan pelaku industri, dalam rangka mengintegrasikan Ekonomi Keuangan Digital (EKD) nasional.

2. Sebanyak 25,4 juta merchant terhubung QRIS

Editorial Team

Tonton lebih seru di