Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
ilustrasi bisnis kafe
ilustrasi bisnis kafe (pexels.com/Quang Nguyen Vinh)

Intinya sih...

  • Harga jual terlalu tipis dari biaya.

  • Biaya kecil yang sering diabaikan.

  • Arus kas tidak dikelola dengan jelas.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Banyak pelaku usaha merasa bingung saat penjualan terlihat ramai, tapi kondisi keuangan tetap terasa seret. Order masuk hampir setiap hari, pelanggan terus datang, namun saldo tidak pernah benar-benar bertambah. Situasi ini sering bikin pelaku bisnis mempertanyakan apa yang sebenarnya salah.

Fenomena bisnis laku tapi tidak terasa untung cukup umum, terutama di tahap awal usaha. Masalahnya sering bukan pada penjualan, melainkan pada cara mengelola uang dan biaya. Untuk memahami penyebabnya, ada beberapa hal penting yang perlu dicermati.

1. Harga jual terlalu tipis dari biaya

ilustrasi pria belanja baju (pexels.com/Dragos Condrea)

Banyak bisnis menentukan harga jual hanya dengan melihat harga pasar. Tak jarang, pelaku usaha ikut perang harga demi menarik pembeli. Akibatnya, margin keuntungan jadi sangat tipis.

Saat margin terlalu kecil, penjualan tinggi tidak otomatis menghasilkan keuntungan signifikan. Sedikit kenaikan biaya saja bisa langsung menggerus laba. Tanpa disadari, bisnis terus berputar tanpa benar-benar memberi hasil.

2. Biaya kecil yang sering diabaikan

ilustrasi pria makan di tempat (pexels.com/Mikhail Nilov)

Pengeluaran kecil sering dianggap tidak signifikan. Ongkos kirim tambahan, kemasan, biaya admin, atau diskon dadakan kerap luput dari pencatatan. Jika dilihat satu per satu memang terasa ringan.

Namun, akumulasi biaya kecil ini bisa sangat besar. Saat tidak dihitung dengan benar, keuntungan di atas kertas berbeda jauh dengan realita. Inilah yang membuat bisnis terlihat ramai tapi uangnya menghilang entah ke mana.

3. Arus kas tidak dikelola dengan jelas

Ilustrasi jurnal akuntansi (pexels.com/Photo by Mikhail Nilov)

Banyak bisnis fokus pada omzet tanpa memperhatikan arus kas. Uang masuk dan keluar tercampur tanpa pencatatan yang rapi. Akibatnya, pelaku usaha sulit melihat posisi keuangan sebenarnya.

Masalah arus kas sering membuat bisnis terasa tidak untung meski penjualan ada. Uang habis untuk operasional sebelum sempat dirasakan hasilnya. Tanpa kontrol cash flow, bisnis mudah terjebak dalam lingkaran ini.

4. Keuntungan terpakai untuk kebutuhan lain

ilustrasi belanja sesuai kebutuhan (pexels.com/Ninthgrid)

Tidak sedikit pelaku usaha mencampur uang bisnis dan uang pribadi. Keuntungan langsung dipakai untuk kebutuhan sehari-hari tanpa disadari. Lama-lama, batas antara bisnis dan pribadi jadi kabur.

Akibatnya, bisnis sulit berkembang karena tidak pernah benar-benar menyimpan laba. Meski merasa bekerja keras, hasilnya tidak terlihat. Pemisahan keuangan menjadi kunci agar keuntungan bisa benar-benar dirasakan.

5. Fokus ke laku, bukan ke sehat

ilustrasi bisnis franchise (pexels.com/James Frid)

Bisnis yang laku sering dianggap sudah pasti sehat. Padahal, laku belum tentu menguntungkan. Tanpa evaluasi rutin, masalah finansial bisa tertutup oleh ramainya transaksi.

Bisnis yang sehat justru memperhatikan efisiensi dan profitabilitas. Tidak semua penjualan perlu dikejar jika merugikan. Fokus pada kualitas keuntungan lebih penting daripada sekadar jumlah transaksi.

Penjualan memang penting, tapi bukan satu-satunya indikator keberhasilan. Tanpa perhitungan biaya dan arus kas yang jelas, keuntungan mudah menguap.

Mulailah melihat bisnis dari sisi kesehatan finansial, bukan hanya keramaian. Saat harga, biaya, dan uang dikelola dengan sadar, keuntungan akan lebih terasa. Bisnis pun tidak hanya berjalan, tapi benar-benar bertumbuh.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team