Ilustrasi neraca perdagangan. (IDN Times/Mardya Shakti)
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2025 yang kembali mencatat surplus sebesar 2,39 miliar dolar AS.
"Pada Oktober 2025, neraca perdagangan masih mencatatkan surplus selama 66 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, di Kantor Pusat BPS, Senin (1/12).
Di sisi lain, realisasi investasi asing alias penanaman modal asing (PMA) di Indonesia kembali mengalami penurunan pada kuartal III-2025 secara tahunan atau year on year (yoy). Pada periode tersebut, realisasi PMA di Indonesia mencapai Rp212 triliun. Capaian tersebut anjlok 8,9 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp232,7 triliun.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani tidak membantah adanya kontraksi pada realisasi PMA dan menyebut ketegangan geopolitik dunia sebagai biang kerok penyebabnya.
"Kita ketahui memang tantangan global kan masih ada. Kemarin-kemarin kalau kita lihat, ini kan laporan triwulan tiga dari bulan Juli, Agustus, September. Dalam tiga bulan ini kan kita lihat tensi dari potensi trade war, potensi dari perang juga masih ada," kata Rosan dalam konferensi pers di Jakarta, dikutip Minggu (19/10).
Meski begitu, Rosan menyampaikan, investasi asing tetap menunjukkan kenaikan secara kuartalan. PMA pada kuartal III-2025 sebesar Rp212 triliun, tumbuh 4,9 persen dibandingkan kuartal II-2025 yang hanya Rp202,2 triliun.
Sebetulnya investasi PMA-nya secara absolute number itu tidak turun, tetap meningkat. Angkanya tadi kurang lebih kan Rp212 triliun berbanding Rp202,2 triliun sebelumnya. Jadi tetap meningkat, tetapi tentunya harapannya FDI ini akan terus meningkat dari tahun ke tahun," tutur Rosan.