Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Bos Kadin Sebut Iklim Investasi di Indonesia Baik-Baik Saja
Ketua Umum Kadin, Anindya Bakrie di acara IDN Times Leadership Forum 2025 (IDN/Herka Yanis)

Intinya sih...

  • Deregulasi dan insentif: Ketum Kadin Anindya Bakrie menekankan pentingnya fokus bersinergi antara pemerintah dan Kadin dalam deregulasi dan insentif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi hingga 8 persen.

  • Menkeu Purbaya Yudhi Sadewa sebut iklim investasi RI berantakan: Purbaya menyatakan, iklim investasi di Indonesia masih berantakan, menyebabkan negara kalah saing dalam menarik investasi dibandingkan dengan negara tetangga.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Novyan Bakrie menyebutkan, iklim investasi dan usaha di Indonesia jika dilihat dari mata pengusaha baik-baik saja. Kondisi tersebut didasari oleh surplus neraca perdagangan dan capaian investasi asing alias foreign direct investment (FDI) yang masih baik sampai saat ini.

"Dari sisi kita, iklim usaha di Indonesia tentu baik dan bisa terlihat. Contoh saja dari trade atau perdagangan 66 bulan betul-betul positif. Total sudah 38 miliar dolar sampai Oktober (2025). Lalu FDI juga baik," kata pria yang karib disapa Anin tersebut saat ditemui usai menghadiri IDN Times Leadership Forum di IDN HQ Jakarta, Senin (8/12/2025).

1. Deregulasi dan insentif

Ilustrasi insentif (IDN Times/Arief Rahmat)

Kendati demikian, Anin melihat pemerintah dan Kadin mesti fokus bersinergi bersama dalam hal deregulasi dan pemberian insentif. Hal itu diyakini Anin mampu membuat dunia usaha bergerak lebih leluasa lagi.

Fokus sinergi tersebut juga berkaitan langsung dengan bagaimana rencana pemerintah untuk mencapai pertumbuhan ekonomi sebesar 8 persen.

"Tapi kita juga mesti berpikir kalau kita mau ke 8 persen, itu mesti 2-3 kali lipat. Nah, artinya deregulasi mesti kompetitif dibanding juga dengan negara lain termasuk juga insentif," kata Anin.

2. Data surplus perdagangan dan investasi asing

Ilustrasi neraca perdagangan. (IDN Times/Mardya Shakti)

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan kinerja neraca perdagangan Indonesia pada Oktober 2025 yang kembali mencatat surplus sebesar 2,39 miliar dolar AS.

"Pada Oktober 2025, neraca perdagangan masih mencatatkan surplus selama 66 bulan berturut-turut sejak Mei 2020," kata Deputi Bidang Distribusi dan Jasa BPS, Pudji Ismartini, di Kantor Pusat BPS, Senin (1/12).

Di sisi lain, realisasi investasi asing alias penanaman modal asing (PMA) di Indonesia kembali mengalami penurunan pada kuartal III-2025 secara tahunan atau year on year (yoy). Pada periode tersebut, realisasi PMA di Indonesia mencapai Rp212 triliun. Capaian tersebut anjlok 8,9 persen dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp232,7 triliun.

Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Rosan Roeslani tidak membantah adanya kontraksi pada realisasi PMA dan menyebut ketegangan geopolitik dunia sebagai biang kerok penyebabnya.

"Kita ketahui memang tantangan global kan masih ada. Kemarin-kemarin kalau kita lihat, ini kan laporan triwulan tiga dari bulan Juli, Agustus, September. Dalam tiga bulan ini kan kita lihat tensi dari potensi trade war, potensi dari perang juga masih ada," kata Rosan dalam konferensi pers di Jakarta, dikutip Minggu (19/10).

Meski begitu, Rosan menyampaikan, investasi asing tetap menunjukkan kenaikan secara kuartalan. PMA pada kuartal III-2025 sebesar Rp212 triliun, tumbuh 4,9 persen dibandingkan kuartal II-2025 yang hanya Rp202,2 triliun.

Sebetulnya investasi PMA-nya secara absolute number itu tidak turun, tetap meningkat. Angkanya tadi kurang lebih kan Rp212 triliun berbanding Rp202,2 triliun sebelumnya. Jadi tetap meningkat, tetapi tentunya harapannya FDI ini akan terus meningkat dari tahun ke tahun," tutur Rosan.

3. Purbaya sebut iklim investasi RI berantakan

Menteri Keuangan (Menkeu), Purbaya Yudhi Sadewa. (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Adapun pernyataan Anin perihal iklim investasi atau usaha yang baik di RI merespons pernyataan Menkeu Purbaya terkait iklim investasi di Indonesia saat ini masih berantakan. Kondisi itu menyebabkan Indonesia kalah saing dalam menarik investasi, bahkan dari negara tetangga.

Menurut Purbaya, Indonesia kini tertinggal jauh dari negara-negara seperti Vietnam, Thailand, Singapura, dan Malaysia. Dia mencontohkan kasus terbaru di mana perusahaan teknologi besar Nvidia lebih memilih berinvestasi di Johor, Malaysia, ketimbang Indonesia.

"Sekarang kita sama Vietnam kalah, sama Thailand kalah, sama Singapura kalah, sama Malaysia kalah dalam hal menarik investasi. Kemarin, Nvidia, baru pilih Johor dibanding Indonesia," katanya dalam Pembukaan Rapimnas 2025 Kadin Indonesia, Senin (1/12/2025).

Meskipun pemerintah telah menerapkan sistem perizinan terpadu, Purbaya menyoroti masalah di lapangan tidak kunjung selesai. Jika masalah sudah tuntas, perekonomian Indonesia seharusnya sudah melaju pesat dan investasi bisa berjalan kencang.

"Iklim investasi kita masih berantakan. Betul kan? One single, one stop service, tapi gak kelar-kelar. Eh, boleh ngomong gini gak ya? Kalau nggak kita udah lari ekonominya, investasi udah ngebut," ujarnya.

Editorial Team