ilustrasi padi (pexels.com/Sergei A)
Sementara produksi padi pada Februari 2025 diperkirakan mencapai 3,88 juta ton gabah kering giling (GKG) atau meningkat 0,86 persen dibandingkan Februari 2024 sebesar 2,41 juta ton GKG.
"Potensi produksi padi sepanjang Maret-Mei 2025 mencapai 22,81 juta ton GKG atau naik 1,08 juta ton dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dengan demikian, produksi padi sepanjang Januari-Mei 2025 diperkirakan mencapai 28,85 juta GKG atau alami peningkatan 3,18 juta ton GKG atau 12,40 persen secara yoy," tuturnya.
Tak hanya itu, BPS mencatat Nilai Tukar Petani (NTP) nasional Maret 2025 sebesar 123,72 atau naik 0,22 persen dibanding NTP bulan sebelumnya. Kenaikan NTP didukung kenaikan Indeks Harga yang Diterima Petani (It) sebesar 1,51 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan Indeks Harga yang Dibayar Petani (Ib) sebesar 1,29 persen.
"NTP Maret 2025 tercatat 123,72 naik 0,22 persen dibanding Februari 2025 kenaikan terjadi indeks harga yang diterima petani 1,51 persen lebih tinggi dari indeks harga bayar petani 1,29 persen, komoditas penyumbang kelapa sawit, bawang merah, gabah, cabai rawit," kata Habibullah.
Kenaikan NTP Maret 2025 dipengaruhi oleh naiknya NTP di tiga subsektor pertanian, yaitu Subsektor Tanaman Hortikultura sebesar 3,89 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,09 persen, dan Subsektor Peternakan sebesar 0,46 persem. Sementara itu, NTP di dua subsektor lainnya mengalami penurunan, yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,57 persen dan Subsektor Perikanan sebesar 0,35 persen.
BPS juga melaporkan pada Maret 2025, NTP Provinsi Gorontalo mengalami kenaikan tertinggi sebesar 4,05 persen dibandingkan kenaikan NTP provinsi lainnya. Sebaliknya, NTP Provinsi Papua Barat Daya mengalami penurunan terbesar sebesar 5,50 persen dibandingkan penurunan NTP provinsi lainnya.