IDN Times/Auriga Agustina
Selanjutnya, ia menceritakan hingga kini gudang penyimpanan beras Bulog masih banyak yang konvesional. Menurutnya, hal itu menyebabkan beras tak bisa awet dan membuat penyerapan beras bisa terhambat.
“Nah kita bicara pangan maka ada waktu dan kualitas. Ini akan turun-turun, kalau lama tak dipakai ini akan rusak, padahal uangnya pinjam. Tidak disalurkan, kualitasnya turun, dengan kualitas turun, harga turun. Ini dilema,” kata Buwas.
Ia mengaku hal itu pun menyebabkan citra Bulog yang dianggap negatif oleh masyarakat. “Karena citra Bulog sudah negatif, karena penugasan itu, beras yang sudah turun mutu dilempar juga ke pasar untuk rastra dan raskin, jelek pasti berasnya. Itulah image yang membuat Bulog negatif,” ucapnya.
Saat ini, penyerapan beras Bulog di pasar terhambat hingga hanya sekitar 20 persen dari total beras yang dimiliki Bulog bisa diserap.