Ilustrasi penjualan daging sapi dan daging kerbau. (ANTARA FOTO/Rahmad)
Sejalan dengan hal tersebut, Arief mengatakan bahwa upaya transformasi pangan daging tersebut juga melalui pertimbangan kajian kualitas dan keekonomian produk.
Maka dari itu, Arief menilai kualitas daging sapi yang baik dinilai dari kesehatannya dan kehalalannya serta bebas dari penyakit kuku dan mulut dan didukung oleh harga yang bagus.
Adapun asal negara sapi, baik dari Belgia, Asutralia, maupun Brasil tidak menjadi masalah asalkan memenuhi kualitas yang baik tersebut.
"Untuk pengusaha, sangat sederhana. Bila kualitas barang baik, harga baik, ada profit baik, pasti pengusaha akan jalankan," tutur Arief.
Lebih lanjut Arief mengatakan, upaya transformasi pangan ini dapat diwujudkan melalui pendekatan industri dan kebijakan usaha dari pemerintah.
Hal itu sangat penting guna mencapai tujuannya bersama, yaitu terobosan baru industri peternakan sapi di Indonesia.
Di sisi lain, Direktur Utama PT Berdikari (Persero), Harry Warganegara mengaku telah melakukan berbagai penjajakan dalam kemungkinan pengembangan kerja sama dengan Belgia.
"PT Berdikari telah merangkul para peneliti, stakeholders agar nantinya dapat transfer of knowledge dari negara terkait dan nantinya Indonesia semakin cepat dalam memiliki manajemen dan teknologi peternakan yang maju," ucap dia.
Harry menambahkan, penjajakan tersebut merupakan komitmen Berdikari sebagai BUMN pangan dalam kontribusinya sebagai buffer stock pangan khususnya daging bagi masyarakat.
"Sebagaimana komitmen Berdikari sebagai anggota dari klaster BUMN Pangan untuk mendukung pemerintah dalam menjaga ketahanan pangan nasional," katanya.