Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
5 Cara Orang Tua Mendukung Anak Memulai Bisnis Sendiri
ilustrasi anak mencoba berjualan (pixabay.com/marybettiniblank)

Intinya sih...

  • Memilih bisnis yang sederhana tapi menarik sesuai passion anak

  • Tetapkan tujuan dan rencana bisnis, serta ajari konsep mengelola keuangan

  • Ajarkan survei pasar dan pentingnya marketing dalam bisnis

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Berbisnis menjadi cara yang baik untuk membuat anak memahami keterampilan yang sangat berharga di masa sekarang. Tak hanya berjualan, bisnis juga mengajari anak tentang manajemen waktu, komunikasi, mengelola uang, dan organisasi. Yup, cara menjadi seorang pebisnis yang andal tak bisa ditemukan dalam buku pelajaran di sekolah, lho.

Nah, jika kamu ingin sang anak menjadi seorang pebisnis yang andal, tak ada salahnya mengajari keterampilan ini sejak dini. Tak harus memulai dari hal yang rumit, setidaknya kamu bisa mengawalinya dari tantangan mendapatkan uang sendiri dengan lima cara berikut ini.

1. Pilihlah bisnis yang sederhana tapi menarik

ilustrasi membuat kue kering (pexels.com/SHVETS production)

Sebelum mengajak anak berbisnis, kamu perlu memilihkan bisnis yang tepat dan disukai olehnya. Dengan cara ini, dia jadi tidak merasa terpaksa. Setelah itu, analisis passion anak, apakah dia memiliki minat yang tinggi, biasa saja, atau justru tak menyukainya. Selain itu perhatikan juga apakah dia memiliki idenya sendiri yang bisa kamu aplikasikan bersama-sama. 

Oya, jangan pilih bisnis rumit karena mudah mematahkan semangatnya. Cobalah dari hal sederhana yang menarik seperti berjualan kue atau menjual sari jeruk untuk anak yang masih kecil. Sedangkan untuk mereka yang lebih besar bisa mencoba menjaga hewan peliharaan, mengajari pelajaran anak yang lebih kecil, fotografi, atau bisnis dari hobinya.

2. Tetapkan tujuan dan rencana

ilustrasi ibu mengajari anak (pexels.com/ Karolina Gabrows)

Mintalah si kecil untuk memikirkan apa saja yang dapat mengubah idenya jadi kenyataan. Tanyakan apa saja peralatan, perlengkapan, serta pelatihan yang dapat menunjang bisnisnya nanti. Sebagai contoh, jika dia ingin bisnis kue, maka apa saja yang dibutuhkannya? Tepung terigu, gula,mentega, oven, kelas membuat kue, dll. 

Tak hanya itu, dia juga perlu menuliskan tujuannya berbisnis, termasuk tujuan finansial dan hal lain yang ingin dicapai. Cara ini bisa membuat anak tidak kehilangan arah dan tetap bersemangat menjalani bisnis, lho.

3. Ajari konsep mengelola keuangan

ilustrasi menghitung uang di dompet (pexels.com/Artem Belia)

Bisnis di akhir pekan atau liburan bisa menjadi momen yang tepat untuk memperkenalkan keterampilan mengelola uang. Kamu bisa memulainya dari yang dasar seperti menghitung laba kotor, total pengeluaran, dan total pemasukan. Dengan ini, dia jadi bisa menghitung pendapatan dan pengeluaran secara garis besar.

Setelah memahaminya, ajari juga cara menabung, menyimpan uang untuk pembelian peralatan baru, laba bersih, dan lainya. Sementara untuk anak yang masih kecil, kamu bisa mengajarinya nilai mata uang, total harga, dan perubahan jumlah uang yang dimiliki. 

4. Jangan lupa survei pasar!

ilustrasi anak menghias kue (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Mengenal konsumen lebih baik tentu dapat meningkatkan keuntungan, kan? Jadi jangan lupa ajari anak konsep ini, ya. Mengawali bisnis sesuai dengan apa yang disukai oleh anak memang betul, namun dia juga perlu mengetahui apa yang konsumen suka agar bisnisnya semakin maju.

Misalnya, si kecil suka kue keju dan cukup sukses di pasaran. Ternyata tak sedikit pula anak yang menginginkan adanya kue cokelat. Namun ada juga yang ingin rasa campuran antara keduanya (cokelat-keju). Lalu, manakah yang harus dia buat terlebih dulu?

Untuk menjawabnya, kamu bisa mengajak si kecil melakukan survei pasar. Ajaklah dia berkeliling sekitar rumahnya dan tanya apa preferensi mereka. Jangan lupa sertakan juga sampel kue agar calon konsumen bisa memilih dengan tepat dan saran tentang perbaikan produk. Minta sang anak mencatat hasil survei, ya. 

5. Marketing adalah bagian bisnis yang tak boleh diabaikan

ilustrasi anak (pexels.com/KetutS)

Marketing (pemasaran) merupakan bagian yang sangat penting dari bisnis. Jadi, mengajarkan anak kemampuan untuk berkomunikasi yang baik agar dapat menjual ide dan produk adalah hal yang tak boleh diabaikan.

Kamu bisa mengajarinya secara tradisional seperti menyebarkan pamflet atau marketing dari mulut ke mulut di sekolah atau di rumah. Tak hanya itu, kamu juga bisa mengajarinya berjualan secara online. Latih anak membuat caption atau membuat konten video yang menarik agar banyak yang tertarik untuk membeli produknya. Wah, tentu jadi pengalaman yang berharga bagi anak jika dia mendapatkan pesanan dari pelanggan.

Sama seperti orang dewasa, anak-anak pun memerlukan kesabaran, ketelitian, dan ketekunan saat berkomitmen membuka bisnis. Bukan hal yang mudah, tapi juga bukan hal yang mustahil. Sebagai orang tua, selalu berikan semangat padanya, ya!

6. FAQ

ilustrasi bisnis sepatu (pexels.com/Kampus Production)

1. Mengapa peran orang tua penting bagi anak yang ingin memulai bisnis?

Karena orang tua bisa memberikan dukungan emosional, motivasi, dan arahan yang membuat anak lebih percaya diri serta berani menghadapi risiko dalam berbisnis.

2. Apakah dukungan orang tua hanya berupa modal finansial?

Tidak. Dukungan bisa berupa kepercayaan, nasihat, bimbingan, hingga memberikan kesempatan anak untuk mencoba dan belajar dari pengalamannya sendiri.

3. Bagaimana cara orang tua menumbuhkan mental wirausaha pada anak?

Dengan membiasakan anak mengambil keputusan, memberi ruang untuk mencoba, serta mengajarkan bahwa kegagalan adalah bagian dari proses belajar.

4. Apakah semua anak cocok diarahkan ke dunia bisnis?

Tidak semua, namun orang tua bisa tetap mendukung minat anak. Jika anak tertarik berbisnis, dorongan yang tepat akan membantu mereka berkembang lebih baik.

5. Bagaimana orang tua bisa tetap relevan memberi arahan di era bisnis digital?

Dengan terus belajar dan mengikuti perkembangan zaman, serta terbuka terhadap ide-ide baru anak. Orang tua juga bisa menjadi partner diskusi yang objektif bagi anak dalam mengembangkan bisnis digital.

This article is written by our community writers and has been carefully reviewed by our editorial team. We strive to provide the most accurate and reliable information, ensuring high standards of quality, credibility, and trustworthiness.

Editorial Team