Ilustrasi. unsplash.com/Kon Karampelas
TikTok sendiri sedang menjadi sasaran politik antara Washington dan Beijing, terutama setelah Trump mengeluarkan perintah eksekutif. Di dalamnya, Trump mengatakan TikTok tidak bisa lagi beroperasi di Amerika Serikat, kecuali menjualnya kepada perusahaan lokal.
Microsoft sebagai salah satu raksasa teknologi dunia sudah mengungkapkan ketertarikan untuk membeli bisnis TikTok di negara tersebut. Sementara, ByteDance merasa sikap pemerintah Amerika Serikat tidak adil. Bahkan, Beijing sampai urun bicara dengan menuding Washington melakukan perampokan di siang bolong.
Oleh karena itu, pada Senin (24/8/2020), TikTok resmi menggugat pemerintah Amerika Serikat. Lewat rilis pers di situs resmi, TikTok menjelaskan alasan mengapa perintah eksekutif itu tidak serta-merta dipatuhi.
"Hari ini, 100 juta orang Amerika memakai TikTok untuk hiburan, inspirasi, dan menjalin koneksi; tak terhitung berapa kreator bergantung kepada platform kami untuk mengekspresikan kreativitas mereka, menjangkau audiens lebih luas, dan mendapatkan penghasilan," kata TikTok.
"Lebih dari 1.500 karyawan kami di Amerika Serikat mencurahkan hati mereka untuk membangun platform ini setiap hari, dengan lebih dari 10.000 orang yang rencananya akan bekerja di California, Texas, New York, Tennessee, Florida, Michigan, Illinois, dan Washington."
"Perintah Eksekutif yang dikeluarkan oleh pemerintah pada 6 Agustus 2020 berpotensi menelanjangi hak-hak komunitas itu tanpa bukti untuk menjustifikasi aksi ekstrem tersebut, dan tanpa ada proses penyelidikan."