Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Konferensi peCerita Bos BEI Jatuh Bangun IHSG Selama 2025, ATH Sebanyak 24 Kalirs penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) 2025
Konferensi pers penutupan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) 2025 (IDN Times/Pitoko)

Intinya sih...

  • Strategi OJK dan SRO untuk mengerek IHSG kembali ke level terbaiknya dengan buyback tanpa RUPS, dialog soliditas, dan perubahan aturan trading halt serta auto rejection bawah.

  • Pasar modal mulai rebound pada paruh II-2025 berkat kebijakan pro-growth pemerintah, peluncuran produk dan servis BEI, serta situasi geopolitik yang mendukung.

  • IHSG mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa (ATH) sebanyak 24 kali sepanjang tahun 2025, menandai keberhasilan strategi OJK, SRO, dan Bursa dalam menghadapi kondisi pasar yang berkejolak.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami perjalanan penuh dinamika sepanjang 2025. IHSG sempat turun begitu dalam pada awal tahun ini, tetapi pada perjalanannya, IHSG sempat bangkit dan mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa alias all time high (ATH) sebanyak 24 kali.

Direktur Utama Bursa Efek Indonesia (BEI), Iman Rachman pun menceritakan bagaimana perjalanan IHSG sepanjang tahun ini. Pada paruh I-2025, IHSG sempat mengalami penurunan sangat tajam hingga level 5.996.

"Ini terjadi kenapa? Pertama karena kondisi global maupun ketika kondisi geopolitik, terutama ketika Presiden Trump mengumumkan mengenai tarif dagang resiprokal dengan US. Itu yang menyebabkan beberapa kondisi sehingga indeks kita tertekan sampai 5.996," tutur Iman dalam konferensi pers penutupan perdagangan BEI di Jakarta, Selasa (30/12/2025).

1. Strategi OJK dan SRO

Ilustrasi Bursa Efek Indonesia (IDN Times/Ridwan Aji Pitoko)

Iman melanjutkan, faktor kedua dan ketiga yang menyebabkan IHSG turun tajam adala pelemahan rupiah serta konflik Timur Tengah. Meski menghadapi kondisi sulit, Iman mengaku pihaknya bersama dengan Self-Regulatory Organization (SRO) seperti KPEI dan KSEI serta Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tidak tinggal diam untuk mengerek IHSG kembali ke level terbaiknya.

"Apa yang telah dilakukan oleh OJK dan SRO di paruh pertama adalah ketika menetapkan buyback tanpa RUPS serta dilakukan dialog soliditas dan sinergi dengan stakeholder pasar modal," kata Iman.

Bukan hanya itu, BEI juga mengubah aturan penghentian sementara perdagangan efek (trading halt) dan auto rejection bawah (ARB). Untuk diketahui, ketentuan baru tersebut dirilis untuk memastikan perdagangan efek dapat berjalan secara teratur, wajar, dan efisien. Bahkan, BEI menyatakan ketentuan baru itu sebagai penanganan perdagangan bursa dalam kondisi darurat.

Perubahan pertama dilakukan pada batasan persentase ARB sebesar 15 persen untuk semua saham, baik Papan Utama, Papan Pengembangan, dan Papan Ekonomi Baru, kemudian Exchange-Traded Fund (ETF), serta Dana Investasi Real Estat (DIRE) untuk seluruh rentang harga.

Soal trading halt, BEI menerapkannya ketika IHSG turun lebih dari 5 persen. Namun, aturan baru membuat trading halt dilakukan saat IHSG turun lebih dari 8 persen dengan durasi 30 menit.

"Kondisi ini tentu saja terlihat bahwa dengan adanya penyesuaian atau adjustment dari aturan yang dibuat oleh OJK maupun Bursa dan SRO menyebabkan bahwa pasar modal kita rebound di paruh kedua 2025," kata Iman.

2. Pasar modal mulai rebound pada 2025

ilustrasi IHSG (IDN Times/Aditya Pratama)

Segala hal yang dilakukan OJK dan SRO tersebut kemudian disebut Iman, mampu meningkatkan kepercayaan diri pasar dan membuat pasar modal balik arah menguat alias rebound pada paruh II-2025.

Kepercayaan diri pasar itu juga muncul karena situasi geopolitik yang mendukung seperti penurunan suku bunga The Fed. Kemudian di dalam negeri, ada kebijakan pro-growth pemerintah dengan injeksi dana sebesar Rp200 triliun ke perbankan.

Selain itu, peluncuran 10 produk dan servis yang dilakukan oleh BEI juga turut meningkatkan kepercayaan diri pasar, di antaranya International Carbon Trading, kontrak berjangka indeks asing, waran terstruktur Tipe Put, dan perluasan underlying waran terstruktur. Kemudian penerbitan tiga indeks co-branded bersama dengan S&P dan perolehan izin terkait SPPR repo dari OJK dan Bank Indonesia (BI).

"Semua hal tersebut, kondisi global yang membaik, domestik yang membaik ditambah dengan produk-produk yang dihasilkan, di mana kalau kita lihat bahwa sampai dengan hari ini, jumlah persen tercatat kita sudah 956, di mana fundraise-nya yang biasanya rata-rata Rp200 triliun per tahun, tahun ini tembus hampir Rp300 triliun, tepatnya Rp278 triliun," tutur Iman.

3. IHSG alami ATH 24 kali tahun ini

ilustrasi IHSG (IDN Times/Muhammad Surya)

Bangkitnya kepercayaan diri pasar lantas membuat IHSG menyentuh ATH sebanyak 24 kali sepanjang tahun ini. Iman bercerita, dirinya selalu menghitung hal tersebut tiap penutupan IHSG setiap hari.

"Saya ngitungin tiap hari karena tiap hari tiap tutup saya hitungin. Setahun ini 24 kali all time high. Jadi kita bisa lihat bahwa tentu saja pencapaian ini tidak saja merupakan kerja dari OJK, SRO, dan Bursa, tapi ini sumbangsih kita semua termasuk stakeholder pasar modal," ucap Iman.

Meski begitu, Iman mengaku, situasi dan kondisi yang terjadi sepanjang 2025 memberikan pelajaran bagi dirinya dan juga SRO serta OJK.

"Pertama adalah bahwa OJK dan SRO agile terhadap penyesuaian peraturan. Kita mulai dari bagaimana OJK melalui aturan mengenai penyesuaian trading halt dan ARB. Bagaimana OJK dan SRO mengadakan dialog dengan stakeholder yang tujuannya adalah meningkatkan confidence pasar di tengah market yang berkejolak," tutur Iman.

"Kedua adalah dari sisi produk Bagaimana OJK, SRO, dan Bursa menerbitkan produk-produk yang tidak hanya bicara tentang existing product, tetapi produk-produk baru," sambungnya.

Editorial Team