Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
Presiden Joko Widodo (ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal)

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menceritakan, ia dan menteri lain mendapat teguran dari Presiden Joko "Jokowi" Widodo terkait masalah sampah.

Pada saat meresmikan tempat pengolahan sampah dengan sistem refuse derived fuel (RDF) di Cilacap, Jawa Tengah, hari ini, Luhut mengatakan, Jokowi kesal karena program RDF belum juga terlaksana.

"Kita udah 12 tahun bicara waste to energy, presiden sudah kritik kami para pembantunya, 'Ini kok belum ada yang jadi?'" cerita Luhut, menirukan ucapan Jokowi dalam acara yang disiarkan melalui YouTube, Selasa (21/7/2020).

1. Pemerintah melibatkan BPPT agar biayanya lebih murah

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto (kanan) berbincang dengan Menko Maritim dan Investasi Luhut Panjaitan (kiri) sebelum mengikuti rapat terbatas (ratas) di Kantor Presiden, Jakarta, Senin (9/3/2020) (ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A)

Pemerintah akan melibatkan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dalam pembuatan RDF, yang bisa mengolah sampah sebanyak 120 ton per hari.

"Cost-nya sekitar Rp70-80 miliar, kalau BPPT terlibat harganya bisa turun," ucap Luhut.

2. Luhut meminta BPPT bekerja lebih cepat

Kepala BPPT, Hamman Riza (IDN Times/Axel Joshua Harianja)

Luhut pun meminta BPPT segera membuat model RDF dan dipresentasikan.

"Pokoknya kita cepat. Minggu depan paparan, kita persipakan dan lapor presiden," ujar dia.

3. RDF Cilacap pertama di Indonesia

Ilustrasi Sampah Medis (ANTARA FOTO/Aditya Pradana Putra)

RDF di Indonesia pertama kali dibangun di Cilacap, Jawa Tengah, yang dibangun berdasarkan kerja sama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Kedutaan Besar Denmark -DANIDA, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah, Pemerintah Kabupaten Cilacap, dan PT Solusi Bangun Indonesia (sebelumnya PT Holcim).

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif mengatakan, proses pengolahan sampah menjadi briket memerlukan waktu sekitar 41 hari. Briket tersebut dijual seharga Rp300 ribu per ton atau sekitar US$20.

"Ini sangat membantu. Lebih murah dari batu baru, karena dibakar di suhu 2 ribu Derajat Celcius," ucap Arifin.

Editorial Team