Jakarta, IDN Times – China menyatakan siap membantu Malaysia dengan dukungan teknis dan teknologi dalam pengolahan logam tanah jarang (REE), tetapi kerja sama itu hanya boleh melibatkan perusahaan milik pemerintah. Komitmen tersebut disampaikan Presiden China, Xi Jinping, saat kunjungan kenegaraan ke Kuala Lumpur pada 15–17 April 2025 lalu yang membahas rencana penguatan industri mineral penting.
Dorongan ini muncul seiring meningkatnya kebutuhan global akan mineral strategis untuk elektronik, kendaraan listrik, hingga peralatan pertahanan. Diskusi ini masih pada tahap awal dan belum ada nota kesepahaman atau kesepakatan resmi yang ditandatangani antara Malaysia dan China.
Menteri Sumber Daya Alam dan Kelestarian Alam Sekitar Malaysia, Datuk Seri Johari Abdul Ghani, menyinggung langsung permintaan Xi.
“Mengingat pentingnya perlindungan teknologi bagi Tiongkok, beliau (Xi) meminta agar kerja sama hanya melibatkan perusahaan-perusahaan yang terkait dengan pemerintah,” ucapnya, dikutip dari CNA.
Ia menambahkan, peluang tersebut membuka jalan baru bagi Malaysia untuk memperkuat posisi industri logam tanah jarang di kawasan.
Jika rencana ini berjalan, Malaysia berpotensi menjadi satu-satunya negara di luar China yang memiliki fasilitas pengolahan berbasis teknologi China. Negara itu juga akan menjadi unik karena mengoperasikan dua jalur berbeda, yakni pabrik China dan non-China, termasuk fasilitas Lynas Malaysia di Pahang yang merupakan milik Lynas Rare Earths asal Australia. Pabrik Lynas selama ini dikenal sebagai pengolahan logam tanah jarang terbesar di dunia di luar China.