Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel IDN Times lainnya di IDN App
IMG-20251226-WA0054.jpg
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. (IDN Times/Triyan).

Intinya sih...

  • Peran Danantara dalam skema bisnis.

  • Kerja sama Indonesia-AS terkait mineral kritis.

  • Komoditas yang dikecualikan dari tarif.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, IDN Times - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengungkapkan Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara telah menjalin komunikasi dengan Badan Ekspor Amerika Serikat (AS) terkait peluang investasi pada mineral kritis di Indonesia.

“Tentu untuk critical mineral sudah ada pembicaraan antara Danantara dengan badan ekspor Amerika,” ujar Airlangga dalam konferensi pers di Pondok Indah Mall, Jakarta Selatan, Jumat (26/12/2025).

Mineral kritis adalah mineral yang penting untuk ekonomi dan keamanan nasional, memiliki fungsi vital dalam teknologi modern (seperti energi terbarukan dan elektronik), rentan terhadap gangguan pasokan, dan tidak memiliki pengganti yang layak. Contohnya termasuk nikel, litium, kobalt, tembaga, dan elemen tanah jarang (REE), yang krusial untuk baterai kendaraan listrik (EV) dan turbin angin, namun pasokannya terancam oleh faktor geopolitik atau teknis. 

1. Peran Danantara dilakukan melalui skema bisnis

Seorang pekerja mengendarai forklift mengangkut ingot yang diproduksi PT Inalum di Smelter Kuala Tanjung, Batubara, Selasa (2/9/2025) (IDN Times/Doni Hermawan)

Ia menjelaskan, pembahasan tersebut merupakan bagian dari negosiasi dagang Indonesia dan AS yang mencakup berbagai sektor strategis. Seiring proses itu, sejumlah perusahaan Amerika juga telah berkomunikasi langsung dengan perusahaan mineral kritis di Tanah Air.

“Ya, tentu kalau Danantara sifatnya business-to-business dengan Amerika Serikat,” katanya.

2. Kerja sama Indonesia-AS terkait mineral kritis

Wisma Danantara Indonesia (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Menurut Airlangga, kerja sama Indonesia dan AS di sektor mineral kritis bukan hal baru. Salah satu contohnya ialah investasi perusahaan Amerika di sektor tembaga yang telah berlangsung sejak lama.

“Kita juga memonitor bahwa salah satu critical mineral adalah copper, di mana perusahaan Amerika sudah berinvestasi sejak 1967, yaitu Freeport-McMoRan,” jelasnya.

Menurutnya Indonesia memiliki beragam mineral kritis seperti tembaga, nikel, bauksit, hingga rare earth, yang dibutuhkan untuk berbagai industri strategis, mulai dari otomotif, baterai kendaraan listrik, hingga sektor pertahanan.

3. Ada sejumlah komoditas yang dikecualikan dari tarif

Wisma Danantara Indonesia (IDN Times/Vadhia Lidyana)

Terkait komoditas yang masuk dalam skema tertentu, Airlangga mengatakan rinciannya telah tercantum dalam executive order AS, dengan peluang penambahan komoditas lain dari Indonesia, termasuk kelapa sawit.

Sebelumnya, ia mengatakan Indonesia berhasil mendapatkan pengecualian tarif untuk beberapa komoditas unggulan dalam negosiasi lanjutan terkait tarif dagang Indonesia-Amerika Serikat. Keputusan tersebut dianggap sebagai langkah strategis untuk meningkatkan daya saing produk Indonesia, khususnya minyak sawit, kopi, dan teh, di pasar Amerika.

"Dan tentunya Amerika sangat berharap untuk mendapatkan akses terhadap critical mineral,” ujar Airlangga dalam konferensi pers secara daring, Senin (22/7/2025).

3. Proses finalisasi legal drafting kelar pekan kedua Januari 2026

Konferensi Pers Menko Perekonomian, Airlangga Hartarto soal Finalisasi Tarif Dagang. (Dok/Triyan).

Proses finalisasi legal drafting perjanjian dagang antara Indonesia dan Amerika Serikat (AS) akan dilanjutkan pada pekan kedua Januari 2026.

"Tim teknis kedua negara dijadwalkan kembali bertemu pada minggu kedua Januari 2026, dengan target penyelesaian legal drafting dan clean up dokumen dalam waktu sekitar satu minggu, yakni secara tentatif pada 12–19 Januari 2026," ujar Airlangga.

Setelah seluruh proses teknis tersebut rampung, dokumen perjanjian ditargetkan dapat disiapkan untuk ditandatangani sebelum akhir Januari 2026 oleh Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto dan Presiden Amerika Serikat Donald Trump. Saat ini, Amerika Serikat masih mengatur waktu yang tepat untuk pertemuan kedua kepala negara.

Airlangga menjelaskan, secara substansi utama, dokumen Agreement on Reciprocal Tariffs (ART) pada prinsipnya telah disepakati oleh kedua negara. Namun, sejumlah aspek teknis masih perlu dirampungkan melalui proses legal drafting.

"Seluruh isu substansi dalam dokumen ART, baik isu utama maupun teknis, pada dasarnya sudah disepakati kedua belah pihak. Tahap selanjutnya adalah penyusunan bahasa hukum serta penyelesaian teknis lanjutan," ujar Airlangga.

Editorial Team