Menteri Investasi/Kepala BKPM, Bahlil Lahadalia. (youtube.com/Sekretariat Presiden)
Sebelum menjalin kemitraan dengan CBL dan LG Energy Solutions, IBC terlebih dahulu bekerja sama dengan dua perusahaan asal Taiwan, Hon Hai Precision Industry Co. Ltd. (Foxconn) dan Gogoro Inc.
Kemitraan itu juga dijalin guna mengembangkan ekosistem EV battery di Indonesia.Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia meneken sendiri Nota Kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan perusahaan-perusahaan tersebut.
Dari kerja sama itu diharapkan terjadi investasi pengembangan ekosistem energi baru berkelanjutan melalui investasi baterai listrik, kendaraan listrik, dan industri pendukungnya dengan skema kerja sama Build-Operate-Localize (BOL).
"Hari ini kita memasuki era baru. Pemerintah Indonesia secara sungguh-sungguh akan mengawal rencana investasi ini dengan mitra BUMN maupun pengusaha nasional di Indonesia. Di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo periode kedua, Indonesia sangat fokus mendorong investasi berkelanjutan terutama mengedepankan green energy dan green industry," kata Bahlil, dalam keterangan resmi yang diperoleh IDN Times, Sabtu (22/1/2022).
Adapun melalui MoU tersebut, Foxconn bersama Gogoro, IBC, dan Indika akan menjajaki kerja sama investasi ekosistem EV battery yang komprehensif di Indonesia.
Investasi dilakukan mulai dari pembuatan baterai listrik (termasuk sel baterai, modul baterai, dan baterai), hingga ke pengembangan industri kendaraan listrik roda empat, kendaraan listrik roda dua, dan bus listrik (E-Bus).
Bukan hanya itu, lingkup kerja sama juga mencakup pengembangan industri penunjang EV yang meliputi energy storage system (ESS), battery exchange/swap station, battery daur ulang, serta riset dan pengembangan (R&D) di bidang baterai elektrik dan EV.
Bahlil pun kemudian menyebutkan perkiraan total nilai investasi dari proyek-proyek akan dikerjakan oleh Foxconn bersama Gogoro, IBC, dan Indika.
"Perkiraan nilai total investasi dalam proyek-proyek tersebut oleh seluruh mitra usaha diperkirakan akan mencapai 8 miliar dolar AS atau sekitar Rp114 triliun. Keseluruhan proyek diperkirakan akan menghasilkan kapitalisasi pasar dengan nilai total lebih dari 100 miliar dolar AS di Indonesia pada tahun 2030," tutur Bahlil.